Penerbangan Kembali Berlangsung di Bandara Kabul, Afghanistan, Setelah Kemarin Kusut dan Kacau
Kompas dunia | 17 Agustus 2021, 16:37 WIB
KABUL, KOMPAS.TV - Penerbangan militer untuk mengevakuasi diplomat dan warga sipil dari Afghanistan dimulai kembali sehari setelah Taliban merebut ibu kota. Kondisi landasan pacu bandara internasional Hamid Karzai di Kabul telah dibersihkan dari ribuan orang yang putus asa untuk keluar dari negara itu, seperti dilansir Straits Times, Selasa, (17/08/2021).
Kemarin, kekacauan sempat terjadi di bandara setelah polisi AS melepaskan tembakan untuk membubarkan massa. Insiden ini diwarnai tindakan nekat sebagian orang yang berusaha berpegangan pada sebuah pesawat angkut militer AS yang tengah lepas landas.
Namun kini jumlah warga sipil di bandara telah jauh berkurang, kata seorang petugas keamanan Barat di bandara. "Banyak orang yang kemarin di sini sudah pulang," kata pejabat itu.
Bagaimanapun, tembakan masih sesekali terdengar dari arah bandara. Sementara jalan-jalan di tempat lain di Kabul tampak tenang.
Sejak Afghanistan jatuh ke tangan Taliban, sejumlah negara menarik pejabat dan pegawai kedutaannya dari negara itu. India termasuk di antaranya. Cuitan dalam akun Twitter juru bicara Kementerian Luar Negeri India berisi informasi upaya evakuasi sejumlah pejabat kedutaan besar, termasuk Duta Besar, India di Kabul.
"Mengingat keadaan yang ada, telah diputuskan duta besar kami di Kabul dan stafnya akan segera pergi ke India," begitu bunyi cuitan di akun Twitter Arindam Bagch hari Selasa ini. Arindam merupakan juru bicara Kemenlu India.
Baca Juga: Investasi Miliaran Dolar 2 Dekade AS pada Tentara Afghanistan Sia-Sia, Kini Justru Diambil Taliban
Amerika Serikat mengambil alih kendali lalu lintas udara Bandara yang dibuka kembali pukul 19.35 GMT pada hari Senin (03.35 Selasa waktu Jakarta). Tidak hanya penerbangan komersial, kendali juga meliputi penerbangan militer.
Sejumlah media dalam laporannya mengutip pernyataan Mayor Jenderal Hank Taylor, spesialis logistik pada Kepala Staf Gabungan Angkatan Bersenjata Amerika Serikat di Washington DC.
Mayor Jenderal Hank Taylor mengatakan ada sekitar 2.500 tentara AS di Kabul. Mereka membantu evakuasi personel AS dan warga Afghanistan yang bekerja untuk mereka. Dalam laporan media itu akan ada tambahan lebih banyak tentara yang diperkirakan tiba di Bandara Kabul.
Evakuasi ini sempat tertunda hampir sepanjang Senin lalu. Hampir seluruh penerbangan ditunda. Bahkan kericuhan yang terjadi waktu itu menelan sedikitnya lima orang korban tewas. Tak jelas, mereka ditembak atau terinjak-injak saat kerusuhan terjadi.
Media melaporkan dua orang tewas setelah jatuh dari bagian bawah pesawat militer AS yang lepas landas. Mereka jatuh melayang lalu tewas tercerai berai di atap rumah dekat bandara.
Seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters, seperti dikutip Straits Times, tentara AS yang menjaga Bandara menembak mati dua pria bersenjata yang tampaknya menembak ke arah kerumunan di dalam bandara.
Baca Juga: Rusia Klaim Presiden Ashraf Ghani Tinggalkan Afghanistan dengan 4 Mobil dan 1 Helikopter Penuh Uang
Terlepas dari adegan panik dan kebingungan di Kabul, Presiden AS Joe Biden membela keputusannya untuk menarik pasukan AS. Selama 20 tahun berada di Afghanistan, perang panjang Amerika Serikat, telah menelan biaya lebih dari 1 triliun dollar AS
Sebuah video hari Senin tentang ratusan orang Afghanistan yang putus asa mencoba untuk naik ke pesawat militer AS saat akan lepas landas akan menghantui Amerika Serikat. Seperti foto pada tahun 1975 yang memperlihatkan warga berebut naik helikopter di atap sebuah bangunan di Saigon, simbol penarikan diri yang "memalukan" Amerika Serikat dari Vietnam.
Biden harus memutuskan antara meminta pasukan AS untuk berperang tanpa henti dalam apa yang dia sebut perang saudara Afghanistan, atau menindaklanjuti kesepakatan untuk mundur yang dinegosiasikan oleh pendahulunya, Donald Trump dari Partai Republik.
“Saya berdiri tegak di belakang keputusan saya,” kata Biden. “Setelah 20 tahun saya telah belajar dengan cara yang sulit bahwa tidak pernah ada waktu yang tepat untuk menarik pasukan AS. Itu sebabnya kami masih di sana.”
Menghadapi rentetan kritik, bahkan dari diplomatnya sendiri, Biden menuding para pemimpin politik Afghanistan yang kabur dan keengganan tentara mereka untuk berperang menyebabkan seluruh Afghanistan jatuh ke tangan Taliban.
Baca Juga: Beredar Video Dua Lelaki Afghanistan Terjun Bebas dari Pesawat Militer AS yang Mengudara
Taliban merebut kota-kota terbesar Afghanistan hanya dalam hitungan hari, tidak dalam hitungan bulan seperti yang sebelumnya diprediksi oleh intelijen AS.
Dalam banyak kasus, kejatuhan berbagai kota besar terjadi karena pasukan pemerintah Afghanistan mengalami demoralisasi lalu menyerah meskipun bertahun-tahun dilatih dan diperlengkapi oleh Amerika Serikat dan sekutu.
Juru bicara Taliban Suhail Shaheen mengatakan kepada Dunya News kelompok itu akan meningkatkan keamanan Kabul dan "menghormati hak-hak perempuan dan minoritas sesuai dengan norma-norma Afghanistan dan nilai-nilai Islam".
Shaheen menambahkan rezim baru akan memastikan perwakilan semua etnis dan bahwa Taliban ingin bekerja dengan komunitas internasional untuk membangun kembali negara itu.
Shaheen mengatakan di Twitter, para petempur Taliban berada di bawah perintah ketat untuk tidak menyakiti siapa pun.
“Hidup, harta benda dan kehormatan tidak ada yang akan dirugikan, dan harus dilindungi oleh mujahidin,” katanya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV/Straits Times