Masa Depan Ekonomi Afghanistan di Bawah Taliban, Prediksi Investasi China hingga Negara Narkoba
Kompas dunia | 17 Agustus 2021, 00:29 WIBJAKARTA, KOMPAS.TV - Sejumlah pihak mengira-ngira masa depan tak menentu Afghanistan di bawah Taliban. Ada prediksi Afghanistan membuka diri dan investasi dari China. Ada pula ketakutan Afghanistan akan menjadi negara penyuplai narkoba.
Salah satu prediksi itu muncul dari mantan Wakil Presiden Indonesia Jusuf Kalla. Ia menduga, China akan mendekati Taliban dan berinvestasi ke Afghanistan.
Dugaan itu muncul karena permasalahan Taliban saat ini persoalan mengelola ekonomi negara dan menghidupi masyarakat Afghanistan.
“Taliban memerintah nanti masalahnya ekonomi. Bagaimana menghidupi masyarakatnya? Bagaimana ekonomi berjalan? Bagaimana anggarannya,” ujar Jusuf Kalla dalam Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Senin (16/7/2021).
Baca Juga: Kacau!!! Ribuan Warga Afghanistan Paksa Naik Pesawat Hingga Bergelantungan Untuk Melarikan Diri
Selama ini, ekonomi Afghanistan tiarap karena perang puluhan tahun. Pemerintahan Afghanistan bisa berjalan karena sokongan dana dari Amerika Serikat.
“Kalau pemerintahan yang dulu, semua ditanggung Amerika. Tentaranya dibayar Amerika, pegawai-pegawai pemerintahannya dibayar Amerika,” kata JK.
Sebab itu, saat ini Taliban mesti memerintah Afghanistan agar dapat berdiri sendiri secara ekonomi.
“Persoalannya adalah negara mana yang akan membantu mengelola sumber daya Afghanistan. Nah ini bahayanya China masuk ke situ,” duga Jusuf Kalla.
Di sisi lain, JK mengatakan Taliban pernah menguasai Afghanistan selama 1996-2001. Ketika memerintah Afghanistan, mereka menerapkan pemerintahan otoriter dan bersandar pada Islam Radikal.
“Taliban pernah memerintah pada 1996 sampai 2001. Itu mereka sangat keras, sangat otoriter. Sehingga, saya kira rakyat Afghanistan sangat trauma dengan pemerintahan itu,” kata Jusuf Kalla.
Ketika Taliban memerintah, pemerintahan mereka bergerak dengan fondasi Islam Radikal. Perempuan dan anak-anak tak bisa bersekolah dan dibatasi kegiatannya.
Meski begitu, Jusuf Kalla yakin Taliban dapat berubah saat kini kembali berkuasa. Sebabnya, Taliban perlu bantuan negara lain untuk mengembangkan ekonomi mereka.
“Saya kira sekarang Taliban juga belajar bahwa dengan cara itu mereka tidak bisa mengembangkan negaranya. Karena itu, saya yakin mereka berubah, tidak lagi radikal, tidak lagi otoriter,” ujar JK.
Baca Juga: Jusuf Kalla Beberkan Strategi Cerdik Taliban hingga Dapat Rebut Afghanistan dengan Cepat
Seluruh negara, kata JK, sedang mengamati kebijakan apa yang akan Taliban terapkan. Sebabnya, Taliban pernah berjanji akan membolehkan perempuan dan anak-anak sekolah.
“Hampir seluruh negara sekarang menunggu dan melihat. Apakah benar janji Taliban memberi kesempatan pada perempuan dan anak sekolah. Atau ekonomi mereka terbuka,” kata Jusuf Kalla.
Negara Narkoba
Sejumlah analis mengkhawatirkan Afghanistan akan tumbuh menjadi negara penyuplai narkoba, jenis Opium dan Heroin.
Pada 2020, survei Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan ada pertambahan ladang poppy untuk dijadikan opium.
Pada 2020, ada 224 ribu hektare ladang poppy, bertambah 61 ribu hektare ladang berdasarkan data 2019.
PBB memperkirakan, ladang-ladang itu berpotensi menghasilkan sekitar 6.300 ton opium yang menghasilkan uang 350 juta dollar AS.
Masalahnya, opium dan heroin dari negara itu nantinya akan diekspor ke negara lain.
Sementara, masyarakat miskin Afghanistan tak punya pilihan mata pencarian lain karena buruknya pendidikan dan ekonomi yang mandek.
Taliban sebenarnya pernah mengeluarkan larangan opium saat mereka berkuasa pada 2000/2021.
Namun, banyak masyarakat pedesaan yang tak punya cukup tanah dan sering menderita kekeringan.
Baca Juga: Taliban Ambil Alih Afghanistan, Adakah Ancaman untuk Indonesia?
Sebab itu, mereka kembali menanam Poppy. Lebih jauh, Taliban bahkan belakangan juga telribat dalam produksi, ekstraksi, dan perdagangan opium ke luar negeri.
Narkoba-narkoba itu dijual ke Afrika, Eropa, Kanada, Rusia, Timur Tengah, China, dan sejumlah negara Asia.
PBB melaporkan, Taliban diperkirakan mendapat 400 juta dollar AS dari perdagangan narkoba pada 2018 dan 2019. Karena itu,Taliban dapat bertahan selama Perang Afghanistan.
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV