Kalangan Peneliti Dunia Cermati Virus Corona Baru Selain Varian Delta
Kompas dunia | 9 Agustus 2021, 09:58 WIBVarian Lambda menarik perhatian sebagai ancaman baru yang potensial. Namun versi virus corona ini, yang pertama kali terdeteksi di Peru pada Desember, kemungkinan makin surut, kata sejumlah pakar penyakit menular.
WHO menempatkan varian Lambda dalam daftar variant of interest (VOI). Artinya, varian itu membawa mutasi yang diduga mengubah tingkat penularan atau menyebabkan penyakit yang lebih parah. Namun hal itu masih diteliti lebih lanjut.
Penelitian laboratorium menunjukkan varian Lambda memiliki mutasi yang tahan terhadap antibodi yang dibangkitkan oleh vaksin.
Dr. Eric Topol, profesor pengobatan molekuler dan direktur Scripps Research Translational Institute di La Jolla, California, mengatakan persentase kasus baru Lambda yang dilaporkan ke GISAID, pangkalan data yang melacak varian virus corona, telah berkurang. Artinya, varian tersebut telah menyusut.
Dalam diskusi dengan CDC baru-baru ini, para pakar penyakit mengatakan Lambda tidak tampak menular dengan cepat dan vaksin sepertinya mampu menahan varian itu dengan baik, kata Dr. William Schaffner, ahli penyakit menular di Pusat Medis Universitas Vanderbilt yang menghadiri diskusi itu.
Virus Corona Varian B.1.621 Diwaspadai
B.1.621, yang pertama kali muncul di Kolombia pada Januari ketika memicu wabah besar, belum diberi nama alfabet Yunani.
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa memasukkannya ke dalam daftar VOI, sementara Badan Kesehatan Publik Inggris mendeskripsikan B.1.621 sebagai varian dalam investigasi.
Varian itu membawa sejumlah mutasi penting, termasuk E484K, N501Y dan D614G, yang dikaitkan dengan penularan yang tinggi dan perlindungan imun yang berkurang.
Menurut data terkini pemerintah Inggris, sejauh ini ada 37 kasus suspek dan terkonfirmasi di negara itu. Varian tersebut juga telah teridentifikasi pada sejumlah pasien di Florida, AS.
Baca Juga: Vaksin Merah Putih Disiapkan Lawan Corona Varian Delta
Adakah Varian Baru Lagi?
Dr. Anthony Fauci, kepala penasihat medis Gedung Putih, baru-baru ini memperingatkan bahwa Amerika Serikat bisa berada dalam masalah kecuali lebih banyak orang Amerika yang menjalani vaksinasi Covid-19.
Jika banyak orang yang tidak divaksin, virus mendapatkan kesempatan lebih besar untuk menyebar dan bermutasi menjadi varian baru.
Meski demikian, isu pentingnya adalah vaksin yang ada saat ini mencegah sakit lebih serius tapi tidak menghindari infeksi, kata Dr. Gregory Poland, ilmuwan vaksin di Mayo Clinic.
Hal itu terjadi karena virus masih dapat memperbanyak diri di hidung, bahkan di antara orang-orang yang sudah divaksin, sehingga bisa menularkan penyakit melalui tetesan aerosol yang amat kecil
Untuk mengalahkan virus SARS-CoV-2, kata dia, diperlukan generasi baru vaksin yang juga mampu menahan transmisi virus.
Hingga kini, dunia masih rentan dengan kemunculan varian-varian baru virus corona, kata Poland dan pakar lainnya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV/Antara