> >

Korsel dan Amerika Serikat Diskusikan Bantuan Banjir, Kim Jong Un Mobilisir Tentara Tanggap Darurat

Kompas dunia | 9 Agustus 2021, 08:39 WIB
Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengerahkan tentara untuk tanggap darurat di daerah-daerah yang baru-baru ini dilanda hujan lebat dan bencana banjir, kata media pemerintah Korea Utara KCNA hari Minggu (08/08/2021) (Sumber: Straits Times via AFP)

SEOUL, KOMPAS.TV - Korea Selatan dan Amerika Serikat mendiskusikan kemungkinan memberikan bantuan kemanusiaan ke Korea Utara sebagai cara untuk mendekati pemerintah Korea Utara, menyusul bencana banjir hebat yang menghancurkan panen, merusak lebih dari 1.000 rumah dan membuat ribuan warga mengungsi.

Namun kedua negara masih melihat apakah Pyongyang siap untuk kembali berdialog, seperti dilansir Straits Times, Senin, (09/08/2021).

Menteri Luar Negeri Korea Selatan Chung Eui-yong dan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dilaprokan menggelar pembicaraan melalui telepon pada hari Jumat, (07/08/2021) di mana kedua pejabat tersebut berkonsultasi tentang cara kerja sama dengan Pyongyang, termasuk kerja sama kemanusiaan, dan sepakat untuk melanjutkan upaya mereka untuk melibatkan Korea Utara, menurut Kementerian Luar Negeri Korea Selatan.

Kementerian Luar Negeri Korea Selatan mengatakan keduanya (Blinken dan Chng Eui-yong) membahas perkembangan terakhir di Pyongyang. Blinken juga memastikan dukungan Amerika Serikat untuk dialog dan keterlibatan antar-Korea.

Pekan lalu, para diplomat dari Washington dan Seoul bertemu untuk membahas dimulainya kembali pembicaraan dengan Korea Utara, dengan bantuan kemanusiaan juga menjadi bagian dari agenda.

Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengkonfirmasi kedua belah pihak telah membahas pemberian bantuan kemanusiaan untuk meningkatkan hubungan antar-Korea dan menghidupkan kembali pembicaraan Amerika Serikat-Korea Utara, dan mengatakan mereka telah melihat area di mana kedua Korea dapat bekerja sama secara independen.

Kementerian dilaporkan sedang meninjau cara untuk menyediakan sekitar 10 miliar won kepada organisasi bantuan swasta untuk proyek-proyek kemanusiaan kooperatif di Utara.

Seoul menaruh harapan dukungan kemanusiaan dapat membawa Pyongyang kembali ke meja perundingan, mengingat kekurangan pangan kronis di Utara karena krisis Covid-19 yang berkepanjangan dan kerusakan akibat topan dari tahun lalu.

Baca Juga: Kim Jong-Un Perintahkan Militer Bantu Tangani Banjir di Korea Utara

TV pemerintah Korea Utara merilis rekaman minggu ini yang menunjukkan rumah-rumah yang terendam dan menghancurkan jembatan dan rel kereta api di Hamgyong, seraya mengatakan sekitar 1.170 rumah hancur dan 5.000 orang dievakuasi, sementara lahan pertanian siap panen habis disapu banjir (Sumber: Guardian via AFP)

 

Sebelumnya, pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengerahkan tentara untuk tanggap darurat di daerah-daerah yang baru-baru ini dilanda hujan lebat dan bencana banjir, kata media pemerintah Korea Utara KCNA hari Minggu (08/08/2021), di tengah kekhawatiran atas krisis ekonomi dan kekurangan pangan.

 

Komisi Militer Pusat Partai Pekerja yang berkuasa mengadakan pertemuan cabangnya di provinsi timur Hamgyong Selatan untuk membahas kerusakan dan pemulihan dari bencana banjir, kata kantor berita resmi KCNA.

Musim muson tiba lebih awal di semenanjung Korea bulan lalu, dengan hujan lebat menimbulkan kerusakan di beberapa wilayah selatan.

TV pemerintah Korea Utara merilis rekaman minggu ini yang menunjukkan rumah-rumah yang terendam dan menghancurkan jembatan dan rel kereta api di Hamgyong, seraya mengatakan sekitar 1.170 rumah hancur dan 5.000 orang dievakuasi.

Kim tidak menghadiri pertemuan itu tetapi pejabat partai menyampaikan pesan Kim bahwa militer harus memulai kampanye bantuan dan menyediakan pasokan yang diperlukan di wilayah tersebut, kata KCNA.

"Juga ditekankan dia (Kim Jong un) menyerukan kebangkitan dan membangkitkan para pejabat (partai) ... untuk melancarkan kampanye pemulihan dengan terampil dan pantang menyerah," kata KCNA.

KCNA tidak merinci tingkat kerusakan akibat hujan tetapi mengatakan komisi militer mengeksplorasi langkah-langkah darurat untuk membangun kembali daerah yang dilanda bencana, menstabilkan kehidupan masyarakat, mencegah virus corona dan meminimalkan kerusakan tanaman pangan.

Pertemuan itu terjadi di tengah kekhawatiran atas krisis dalam ekonomi tertutup yang dirundung sanksi internasional, bertujuan untuk mengekang program nuklir dan senjatanya.

Baca Juga: Kim Jong-Un Tetap Kembangkan Nuklir Meski Korea Utara Dilanda Krisis Ekonomi dan Kelaparan

Bencana banjir, badai dan hujan lebat menyapu Korea Utara, membuat lahan pertanian gagal panen, ribuan rumah rusak dan ribuan warga mengungsi (Sumber: South China Morning Post)

Kim mengatakan bulan Juni lalu, negaranya menghadapi situasi bahan pangan yang "tegang", mengutip pandemi virus corona dan topan tahun lalu.

Baru-baru ini, bank sentral Korea Selatan mengatakan ekonomi Korea Utara mengalami kontraksi terbesar dalam 23 tahun pada tahun 2020.

Korea Utara belum memastikan adanya kasus Covid-19 namun sudah menutup perbatasan, menghentikan perdagangan dan memberlakukan tindakan pencegahan yang ketat, melihat pandemi sebagai masalah kelangsungan hidup nasional.

Tahun ini, situasi pangan diperkirakan akan memburuk di tengah kondisi cuaca buruk.

Media pemerintah Korea Utara melaporkan hari Kamis, ribuan rumah hancur disapu banjir dan hujan lebat minggu lalu sementara sekitar 5.000 orang dievakuasi karena hujan lebat dan banjir.

Para pengamat mengatakan situasi yang mengerikan mungkin mendorong Pyongyang untuk menerima bantuan kemanusiaan Seoul tetapi menghubungkan bantuan itu dengan pembicaraan nuklir bisa jadi sulit.

Korea Utara bersikeras tidak akan memulai kembali pembicaraan kecuali AS menarik kebijakan permusuhannya, yang jelas merujuk pada sanksi.

Tantangan besar lainnya tampaknya adalah latihan militer Amerika Serikat-Korea Selatan, yang sering dikecam Pyongyang, menyebutnya sebagai latihan untuk invasi.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Straits Times/Korea Herald/Asia News Network


TERBARU