> >

Mengenal Kaum Sapeur di Kongo, Banting Tulang demi Cita-Cita, Necis, dan Parlente sampai Akhir

Kompas dunia | 8 Agustus 2021, 20:10 WIB
Kaum Le Sapeurs di Brazzaville, Republik Demokratik Kongo. Walaupun melarat dan harus banting tulang, cita-cita mereka selama hidup hanyalah satu, yaitu hidup necis dan parlente sampai mati (Sumber: CNN/Lens Culture/Tariq Zaidi)

Dalam setiap pertemuan itu, jalanan setempat di Brazzaville berubah layaknya peragaan busana dalam pekan mode Paris.

Orang-orang bergaya perlente itu bergantian dengan flamboyan memamerkan pakaian yang mereka kenakan sambil berdansa mengikuti alunan musik.

Walau menjadi seorang Sapeuri terkesan perlu banyak usaha, de Pereira mengatakan, sebenarnya orang awam hanya perlu mengikuti satu aturan saja untuk menjadi bagian dari kaum Sapeur. 

"Jika Anda ingin menjadi sapeur sejati, Anda hanya perlu menghormati trilogi tiga warna, yaitu apa yang kita kenakan tidak boleh lebih dari tiga warna sekaligus," paparnya.

Ingat, kaum Sapeur masa depan Indonesia, pakaian yang dikenakan tidak boleh lebih dari tiga warna sekaligus.

Orang-orang yang mengidentikkan diri mereka sebagai bagian dari kaum Sapeur umumnya adalah pekerja keras yang tidak terlahir di pinggan emas maupun perak. 

"Sebagian orang bekerja keras untuk membeli rumah, namun kami, bekerja keras banting tulang sepanjang hidup hanya untuk bergaya parlente," tutur Mesmin Ba Couleur, salah seorang Sapeur lain di jalanan Brazzaville.

Baca Juga: PBB Peringatkan Lebih 27 Juta Orang Kongo Menderita Kelaparan Akut

Kaum Le Sapeurs di Brazzaville, Republik Demokratik Kongo. Walaupun melarat dan harus banting tulang, cita-cita mereka selama hidup hanyalah satu, yaitu hidup necis dan parlente sampai mati (Sumber: the Guardian)

Selain pakaian mahal mereka, etos yang berpusat pada rasa saling menghargai, perdamaian, integritas, dan kehormatan turut terpatri pada sosok para sapeur.

"Saya selalu mengatakan bahwa para sapeur adalah orang-orang yang cinta damai. Kami selalu berusaha menunjukkan pesan yang tepat," ujar de Pereira.

Bagi para sapeur, yang merupakan kalangan terhormat di masyarakat setempat, mereka menjadi panutan untuk tetap tampil gaya sekaligus menjaga kebersihan pribadi.

"Kami memberikan contoh dalam menjaga kebersihan. Kami mengimbau orang-orang untuk mencuci tangan dan menjaga jarak sosial (social distance). Ini juga menjadi makna SAPE," kata de Pereira.

"Rasanya bahagia menjadi seorang sapeur. Para sapeur adalah sosok multidimensi dan memiliki kekuatan luar biasa besar. SAPE itu bagus karena, lihat, gagah bukan penampilan saya kalau perlente begini?" kata de Pereira.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV/Xinhua/CNN/Guardian


TERBARU