Turki Berjuang Padamkan Kobaran Api di Hari Ke-6, Lebih dari 10.000 Orang Dievakuasi
Kompas dunia | 3 Agustus 2021, 06:01 WIBBODRUM, KOMPAS.TV – Para personel pemadam kebakaran Turki terus berjuang mengendalikan kebakaran hebat yang melanda negara itu, yang pada Senin (2/8/2021) sudah memasuki hari ke-6.
Sejauh ini, kebakaran yang mulai terjadi sejak Rabu pekan lalu (28/7/2021) itu telah memakan 8 korban jiwa. Ribuan warga dan turis berlarian meninggalkan tempat tinggal dan resor liburan mereka menggunakan jalur laut dengan kapal dan sekoci, atau berkonvoi menggunakan mobil dan truk.
Tak terhitung banyaknya warga yang kehilangan rumah dan ternak mereka. Mereka juga mengalami kesulitan bernafas akibat tebalnya asap kebakaran.
Melansir Associated Press pada Selasa (3/8/2021), sekitar 10.000 orang telah dievakuasi di provinsi Mugla.
Menteri Pertanian dan Kehutanan Turki Bekir Pakdemirli menyatakan, para petugas masih berupaya memadamkan 9 titik api di provinsi pesisir Antalya dan Mugla yang merupakan kawasan pariwisata populer.
Sejumlah titik api aktif juga masih melanda provinsi Isparta, Denizli, Izmir dan Adana. Kebakaran di Tunceli di tenggara Turki berhasil dikendalikan pada Senin. Secara keseluruhan, sebanyak 137 titik api yang tersebar di 30 provinsi Turki telah berhasil dikendalikan.
“Kita akan melalui hari-hari sulit dengan suhu di atas 40 derajat Celsius, dengan angin kencang dan kelembaban yang rendah,” kata Pakdemirli memperingatkan.
Baca Juga: Detik-detik Api Kebakaran Hutan Menjalar ke tempat Wisata di Turki
Perintah evakuasi juga dikeluarkan bagi warga di kota Turunc di dekat resor tepi pantai Marmaris di provinsi Mugla. Ribuan orang tampak memadati kapal-kapal kecil dengan koper mereka.
Menteri Pariwisata Mehmet Nuri Ersoy menyatakan pada Senin (2/8/2021), sejumlah turis akhirnya bisa kembali ke hotel mereka setelah api berhasil dipadamkan.
Uni Eropa menyatakan telah membantu mobilisasi pesawat-pesawat pemadam kebakaran dari Kroasia dan Spanyol untuk membantu Turki. Pesawat dari Ukraina, Rusia, Azerbaijan dan Iran juga bergabung dalam upaya pemadaman kebakaran. Spanyol mengirim 2 pesawat penyemprot api dan 1 pesawat transportasi, juga 27 personel tentaranya untuk membantu.
Baca Juga: Kebakaran di Turki, Turis yang Panik Dievakuasi dengan Kapal via Jalur Laut
Pernyataan Uni Eropa itu dirilis menyusul tudingan bahwa pemerintah Turki telah menolak bantuan upaya pemadaman kebakaran dari negara-negara Barat. Pakdemirli membantah, dan menyatakan bahwa pemerintah Turki hanya menolak bantuan pesawat penyemprot air berkapasitas kurang dari 5 ton.
“Sebanyak total 16 pesawat, 51 helikopter dan lebih dari 5.000 personel dikerahkan untuk mengendalikan kebakaran,” ujar Pakdemirli.
Pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga menuai kritik dari kalangan luas karena tak memiliki pesawat-pesawat pemadam kebakaran canggih.
Di Marmaris, hutan seluas sekitar 11.000 hektar telah terbakar habis. Pada Senin, api telah mencapai tepi desa Hisaronu, menghanguskan sejumlah rumah warga dan terus merambat menuruni lereng gunung.
“Paru-paru kami terbakar selama 5 hari terakhir,” ujar Wali Kota Marmaris Mehmet Oktay.
Menteri Kesehatan Turki Fahrettin Koca menyatakan, sedikitnya 27 orang yang terdampak kebakaran masih dirawat di rumah sakit, sementara ratusan orang lainnya telah diperbolehkan pulang.
Baca Juga: Presiden Erdogan Sampaikan Dugaan Pemicu Kebakaran Lahan Turki
Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu menyatakan, pihak berwenang tengah menyelidiki penyebab kebakaran, termasuk faktor kecerobohan manusia dan kemungkinan adanya sabotase oleh milisi pemberontak Kurdi.
Seorang warga, kata Soylu, telah ditahan dengan tuduhan bahwa ia mungkin telah dibayar untuk menyulut api oleh milisi Kurdi. Erdogan sendiri sempat menyatakan, salah satu titik api kebakaran disulut oleh anak-anak.
Kendati begitu, para ahli menuding perubahan iklim sebagai penyebab utama kebakaran. Gelombang panas yang melanda Eropa selatan, ditambah udara panas dari Afrika Utara, telah menyebabkan kebakaran di seantero Mediterania, termasuk Italia dan Yunani. Ribuan warga yang terjebak di pesisir, terpaksa dievakuasi melalui jalur laut menggunakan kapal.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Associated Press