Citra Satelit Ungkap Pembangunan Ratusan Silo Rudal Nuklir China
Kompas dunia | 28 Juli 2021, 18:52 WIBWASHINGTON, KOMPAS.TV – Para analis di Federasi Ilmuwan Amerika Serikat (FAS) menyatakan, China tengah membangun ladang silo kedua untuk meluncurkan rudal nuklir.
Pembangunan ini disebut dapat menjadi ekspansi paling signifikan dari persenjataan nuklir China yang pernah ada.
Melansir Al Jazeera pada Rabu (28/7/2021), para peneliti AS mendapat temuan itu setelah menganalisa gambar-gambar satelit komersial.
Pada Senin (26/7/2021), ladang yang berlokasi dekat kota Hami di Provinsi Xinjiang itu kemungkinan terdiri dari sekitar 110 silo. Silo merupakan struktur yang digunakan untuk menyimpan bahan curah.
Ladang baru itu terletak sekitar 380 kilometer dari sebuah pangkalan dekat Kota Yumen di Provinsi Gansu.
Di provinsi tetangga ini, sekelompok peneliti lain juga menemukan pembangunan konstruksi 120 silo rudal tengah berjalan pada awal bulan ini.
Baca Juga: China Ancam Serang Jepang dengan Bom Nuklir Jika Ikut Campur Membela Taiwan
Peneliti Matt Korda dan Hans Kristensen menulis, Pasukan Roket Tentara Pembebasan Rakyat China tampaknya tengah membangun 250 silo di Hami, Yumen dan di lokasi pelatihan dekat kota Jilantai di Mongolia Dalam.
Jumlah itu, kata kedua ilmuwan tersebut, menandai peningkatan yang signifikan. Mengingat, selama berpuluh-puluh tahun sebelumnya China hanya mengoperasikan 20 silo untuk bahan bakar cair Rudal Balistik Antarbenua (ICBM) Df-5.
“Jumlah silo baru yang tengah dibangun China melebihi jumlah ICBM berbasis silo yang dioperasikan oleh Rusia, dan melebihi separuh ukuran kekuatan ICBM AS,” tulis para peneliti.
“Program silo rudal China merupakan konstruksi silo paling luas sejak konstruksi silo AS dan Soviet selama Perang Dingin.”
Bagaimanapun, mereka menekankan bahwa masih belum jelas bagaimana China akan mengoperasikan silo-silo yang baru itu, apakah akan mengisi semuanya dengan rudal atau menggunakan sebagian sebagai umpan kosong.
Para ilmuwan juga mencatat, tidak diketahui berapa banyak hulu ledak yang akan diangkut oleh setiap rudal.
Namun, tetap saja, kata Korda dan Kristensen, silo-silo baru itu memungkinkan China memperbanyak persediaan hulu ledak nuklirnya hingga 2 sampao 3 kali lipat.
Menurut sebagian besar ahli, jumlah persediaan hulu ledak nuklir China berkisar antara 250 sampai 350 hulu ledak, sesuai kebijakan “pencegahan minimum” Beijing.
Jika China melipatgandakan cadangan nuklirnya, Korda dan Kristensen mencatat, jumlahnya masih jauh dari persediaan Rusia dan AS. Kedua negara adidaya ini memiliki persediaan hulu ledak nuklir mendekati 4.000 senjata.
“Terlepas dari berapa banyak silo yang akan diisi China dengan ICBM, kompleks rudal baru ini merepresentasikan reaksi logis terhadap persaingan senjata yang dinamis, di mana banyak pemain senjata nuklir –termasuk Rusia, India, dan AS– sedang meningkatkan kemampuan kekuatan nuklir dan konvensional mereka, juga kemampuan pertahanan rudal,” tulis laporan itu.
Baca Juga: China Miliki Kapal Selam Nuklir Baru Tingkat Dewa, Ternyata Tipuan April Mop
Belum ada respons dari pemerintah China terkait laporan itu.
Namun, tabloid milik pemerintah Global Times menyatakan, sejumlah orang di China menyebut bahwa silo-silo yang diklaim AS mungkin merupakan landasan untuk pembangkit listrik tenaga angin.
Mereka juga menambahkan bahwa media AS dan lembaga terkait menghebohkan silo-silo China untuk meningkatkan tekanan pada Beijing untuk mengubah perilakunya. Pun, untuk menyediakan “lebih banyak alasan bagi AS untuk meningkatkan persenjataan nuklirnya”.
Di Washington, AS, Pentagon tampaknya sepakat dengan penilaian Korda dan Kristensen bahwa pembangunan Hami dan Yumen merupakan silo rudal.
Lewat cuitan di Twitter, Komando Strategis AS menyatakan, “ini merupakan kali kedua dalam dua bulan publik telah menemukan apa yang kami katakan selama ini tentang meningkatnya ancaman yang dihadapi dunia dan tabir rahasia yang melingkupinya.”
AS telah berulang kali meminta China untuk bergabung dengannya dan Rusia dalam perjanjian kontrol senjata yang baru.
Namun, Beijing menolak permintaan itu, dan menyatakan akan dengan senang hati mengadakan pembicaraan pengendalian senjata jika AS bersedia mengurangi ukuran persenjataan nuklirnya hingga ke tingkat yang dimiliki China.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Tito-Dirhantoro
Sumber : AL Jazeera