> >

Terungkap, Ratusan Kapal China Buang Tinja dan Limbah di Laut China Selatan yang Disengketakan

Kompas dunia | 13 Juli 2021, 02:05 WIB
Puluhan dari 220 kapal penangkap ikan China tampak berlabuh di Whitsun Reef di Laut China Selatan. Foto diambil pada 7 Maret 2021. (Sumber: Philippine Coast Guard/National Task Force-West Philippine Sea via AP)

Beijing kembali menegaskan klaimnya atas Laut China Selatan. Kawasan ini juga diklaim oleh sejumlah negara di Asia Tenggara. China menolak deklarasi dukungan pemerintahan Amerika Serikat (AS) terhadap keputusan pengadilan internasional yang menolak klaim China pada tahun 2016 silam.

China semakin tegas dalam menekan klaim teritorialnya, hingga memicu ketegangan dengan para negara tetangga, termasuk Jepang, India, Vietnam da Filipina.

Baca Juga: Filipina Tuduh China Ingin Caplok Wilayah Kekuasaan Lebih Banyak di Laut China Selatan

Di bulan Maret, otoritas Filipina mendapati lebih dari 200 kapal penangkap ikan China di Whitsun Reef di pinggiran timur-laut Union Banks, dan meminta agar China menarik mereka dari area itu. China mengabaikan permintaan itu selama berminggu-minggu sembari tetap menegaskan bahwa terumbu karang itu merupakan wilayahnya sendiri.

Filipina berargumen bahwa Whitsun Reef terletak dalam bentang perairan yang diakui secara internasional merupakan miliknya, hingga Filipina punya hak eksklusif untuk mengeksploitasi perikanan, minyak, gas dan sumber daya laut lainnya.

Ini sesuai dengan putusan pengadilan internasional pada 2016 yang membatalkan klaim China atas Laut China Selatan dengan alasan sejarah, dan dengan suara bulat menjunjung tinggi hak kedaulatan Filipina atas zona ekonomi eksklusifnya.

Baca Juga: Menteri Pertahanan Filipina Minta 200 Kapal China Tinggalkan Pulau Sengketa di Laut China Selatan

Di Manila, ratusan warga menggelar aksi unjuk rasa pada Senin (12/7/2021) di depan Konsulat China untuk menandai 5 tahun keputusan Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag atas sengketa Laut China Selatan.

Keputusan pengadilan itu menolak klaim China atas Laut China Selatan beserta segala isinya. Namun, China mengabaikan keputusan itu dan terus menentang.

Para pengunjuk rasa juga memprotes Presiden Rodrigo Duterte, yang telah menjalin hubungan baik dengan Beijing, lantaran menolak bersikap agresif terhadap China agar mematuhi keputusan pengadilan itu.

Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU