> >

Pangeran Arab Saudi Dituduh Lakukan Perbudakan di Prancis, Sekap Tujuh Pelayan di Apartemen

Kompas dunia | 9 Juli 2021, 10:45 WIB
Ilustrasi bendera Arab Saudi. Foto diambil pada 22 Maret 2018 di Washington, Amerika Serikat. (Sumber: AP Photo/Cliff Owen, File)

PARIS, KOMPAS.TV - Seorang Pangeran Arab Saudi dituduh telah melakukan perbudakan di Prancis, dengan menyekap ketujuh pelayannya di Apartemen.

Kejaksaan Prancis pun melakukan investigasi terhadap tuduhan yang diberikan kepada Pangeran Faisal Bin Turki Bin Abdullah Al-Saud.

Menurut mereka, pelayannya adalah perempuan asal Filipina berusia 38 hingga 51 tahun.

Tuduhan itu datang setelah tujuh perempuan tersebut melaporkan perlakuan sang pangeran pada Oktober 2019, setelah berhasil kabur dari apartemennya di Neuilly Su Seine, di luar kota Paris.

Baca Juga: Sapi Kerdil di Bangladesh Menjadi Hewan Terkenal Bak Selebritis

Mereka mencari pertolongan lewat SOS Esclaves, sebuah asosiasi anti-perbudakan Prancis.

Ketua SOS Esclaves, Anick Furgeroux seperti dikutip dari Daily Mail, mengungkapkan bahwa anak-anak bahkan disuruh untuk meludahi muka perempuan-perempuan itu.

Mereka juga akan dihukum jika anak-anak pangeran tersebut terlihat menangis.

Fugeroux mengungkapkan mereka diperintahkan untuk memenuhi setiap keinginan anak-anaknya.

Ia mengatakan dalam satu kasus, para perempuan itu membelikan anak-anak tersebut tujuh es krim saat berkunjung ke Jardin d’Acclimatation.

Tetapi, mereka khawatir akan mendapat masalah jika anak-anak pangeran tersebut mengalami sakit perut.

Seperti dilaporkan The Times, mereka juga dipaksa untuk tetap terjaga hingga pasangan tersebut tidur, biasanya pukul 3 pagi.

Meski begitu, mereka tetap bertugas dan diharapkan memenuhi kebutuhan mereka sepanjang malam.

Mereka juga dipaksa sudah harus siap ketika anak-anak itu sudah bangun pada pukul 7 pagi.

Bahkan seorang pelayan dipaksa tidur di lantai oleh pasangan dari kerajaan Arab Saudi itu, ketika anak terkecil mereka masih bayi.

Hal itu agar sang bayi tak membangunkan istri sang pangeran jika menangis di malam hari.

Baca Juga: Pasca Pembunuhan Presiden Haiti, 7 Tersangka Tewas, 6 Tersangka Ditahan

Fugeroux juga mengungkapkan para perempuan itu hanya boleh memakan sisa-sisa makanan dari pangeran dan istrinya.

Namun, kemudian mereka malah kelaparan karena kepala pelayan mengunci dapur.

Para perempuan tersebut dikabarkan direkrut di Arab Saudi dan telah bekerja untuk sang pangeran selama beberapa tahun.

Mereka selalu ikut keluarga tersebut baik di Riyadh atau di Paris.

Mereka diduga dibayar setara 300 euro atau setara Rp5,1 juta per bulan, dan dipaksa bekerja selama 24 jam sehari, selama sepekan.

Kepolisian Prancis mengambil pernyataan dari terduga korban bulan lalu, setelah mereka mengajukan tuntutan hukum kepada sang pangeran.

Seorang sumber yang tak mau namanya disebutkan, mengatakan salah seorang perempuan tersebut berhasil kabur saat perjalanan ke Prancis.

Baca Juga: Arab Saudi akan Terapkan Denda Rp38,6 Juta bagi yang Masuki Area Haji Tanpa Izin

Pihak Kejaksaan telah mendengarkan kesaksian dari perempuan tersebut beberapa pekan lalu.

Namun, Pangeran Faisal belum bisa ditanyai karena tak berada di Prancis.

Tetapi karena sang pangeran berpergian dengan passport diplomatik, kemudian ia memiliki imunitas dari penuntutan di Prancis.

Kedutaan Besar di Arab juga belum merespon saat dimintai komentarnya atas masalah tersebut.

Meski begitu, kasus ini dianggap serius oleh kepolisian Prancis dan ditangani oleh unit khusus.

Penulis : Haryo Jati Editor : Purwanto

Sumber : Kompas TV


TERBARU