Indonesia dan Thailand Pertimbangkan Vaksin Penguat di Tengah Keraguan Atas Vaksin Sinovac
Kompas dunia | 9 Juli 2021, 01:05 WIBDokumen Kementerian Kesehatan Thailand yang bocor minggu ini menunjukkan pemerintah Thailand khawatir langkah tersebut mengirimkan sinyal yang salah kepada publik karena akan mengakui vaksin Sinovac tidak efektif.
"Ini pasti akan berdampak pada kepercayaan terhadap vaksin," kata Dicky Budiman, ahli epidemiologi di Griffith University Australia.
"Vaksin itu belum tentu tidak efektif, tetapi kemanjurannya menurun setelah enam bulan. Itu prediksi saya," katanya, merekomendasikan agar pihak berwenang mempertimbangkan suntikan booster sebagai solusi dan mengomunikasikan masalah dengan publik.
Baca Juga: Ketua Uji Klinis Sinovac Meninggal Dunia, Erick Thohir Sampaikan Duka
Pihak berwenang Thailand telah membela penggunaan vaksin tambahan dan mengumumkan rencana mereka untuk membeli lebih banyak.
"Jangan downgrade Sinovac meski kita tahu khasiatnya lebih rendah. Ini mengurangi jumlah pasien dengan kondisi kritis, dan kematian," kata Udom.
Dokter Indonesia juga mengakui bahwa Sinovac mungkin bukan vaksin terbaik di pasaran. Tetapi mereka mengatakan bahwa untuk saat ini, hanya itu yang mereka miliki dan itu lebih baik daripada tidak sama sekali.
"Hingga saat ini, karena kami tidak dapat memproduksi (vaksin), kami tidak memiliki pilihan (lain)," kata Profesor Eka Julianta Wahjoepramono, dekan fakultas kedokteran Universitas Pelita Harapan di Indonesia.
“Sinovac adalah satu-satunya pilihan,” kata Prof Eka yang telah divaksinasi lengkap dengan vaksin Sinovac tetapi mendapat kasus Covid-19 yang parah bulan lalu.
Sinovac tidak membalas permintaan untuk memberikan komentar.
Keraguan tentang keefektifan vaksin China mengancam untuk melemahkan apa yang disebut "diplomasi vaksin" China, di mana Beijing berusaha meningkatkan pengaruh diplomatiknya di seluruh dunia.
China telah mengirimkan ratusan juta dosis suntikan Covid-19 yang dikembangkan secara lokal ke luar negeri.
Singapura minggu ini mengatakan orang yang menerima suntikan Sinovac dikeluarkan dari penghitungan total vaksinasi karena kurangnya data kemanjuran vaksin, terutama terhadap varian Delta yang menular.
"Kami tidak benar-benar memiliki dasar medis atau ilmiah atau memiliki data sekarang untuk menetapkan seberapa efektif Sinovac dalam hal infeksi dan penyakit parah di varian Delta," kata Menteri Kesehatan negara itu Ong Ye Kung.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV