> >

Amerika Serikat Kirim ke Bangladesh 2,5 Juta Dosis Vaksin Covid-19 Buatan Moderna, Tuntas Minggu Ini

Kompas dunia | 29 Juni 2021, 22:46 WIB
Vaksin Covid-19 besutan Moderna. Amerika Serikat mulai mengirimkan 2,5 juta dosis vaksin Covid-19 Moderna ke Bangladesh pada Selasa (29/06/2021). (Sumber: Mohssen Assanimoghaddam / dpa via AP)

WASHINGTON, KOMPAS.TV -- Amerika Serikat (AS) mulai mengirimkan 2,5 juta dosis vaksin Covid-19 Moderna ke Bangladesh pada Selasa (29/06/2021). Hal itu diungkapkan seorang pejabat Gedung Putih kepada AFP seperti dilansir Straits Times.

Menurutnya, pengiriman vaksin Covid-19 tersebut dilakukan mengingat Bangladesh menghadapi gelombang infeksi baru.

“Berkat komitmen AS untuk memainkan peran utama dalam mengakhiri pandemi di mana-mana, 2,5 juta dosis vaksin Moderna akan mulai dikirimkan ke Bangladesh,” kata pejabat itu, yang berbicara tanpa menyebut nama.

Mengingat urgensinya, pengiriman diharapkan selesai minggu ini.

Bangladesh, yang bertetangga dengan India, memulai lockdown parah pada Senin, (28/06/2021) menanggapi lonjakan mengejutkan dari infeksi Covid-19 varian Delta.

Dalam lockdown ini, warga harus tetap di rumah, kantor-kantor ditutup, lalu lintas ditutup dan pasukan keamanan digelar untuk menegakkan kepatuhan.

Negara Asia Selatan berpenduduk sekitar 170 juta orang itu mencatat hampir 6.000 kasus baru pada hari Jumat lalu.

Pihak berwenang Bangladesh mengatakan distrik di dekat perbatasan India sangat menderita dalam lonjakan kasus baru ini, dengan rumah sakit di kota Khulna dan Rajshahi kewalahan dalam merawat pasien yang baru terinfeksi.

"Bangladesh mengalami peningkatan 55 persen dari minggu ke minggu pada kasus baru, sebagian besar disebabkan oleh varian Delta," kata seorang pejabat Gedung Putih, menjelaskan bagaimana negara itu masuk ke daftar urgensi.

Baca Juga: Ulama Bangladesh Terbitkan Fatwa Haramkan Emoji Haha Facebook Karena Umat Muslim Dilarang Mengejek

Warga migran Dhaka, Bangladesh, bersesakan di feri yang akan menyeberangkan mereka di sungai Padma, menjelang lockdown ibukota (Sumber: Straits Times via AFP)

Presiden AS Joe Biden sebelumnya menyatakan Amerika Serikat adalah "gudang" vaksin dunia dalam perang melawan Covid-19.

Peran tersebut mencerminkan kekuatan farmasi AS tetapi juga penekanan Biden untuk memulihkan kepemimpinan Washington di seluruh dunia setelah tahun-tahun yang penuh gejolak dan sering kacau di bawah Donald Trump.

Pejabat AS menyangkal negaranya bersaing dalam "diplomasi vaksin" dengan China dan Rusia, yang menggunakan vaksin nasional mereka untuk mengisi kekosongan pasokan di negara-negara yang terletak di wilayah kurang berkembang selama pandemi.

Seperti banyak negara lain, Bangladesh putus asa mencari lebih banyak vaksin dan tidak pilih-pilih dari mana asalnya.

Menteri Kesehatan Zahid Maleque mengatakan pada Mei negara itu ingin membeli 50 juta dosis dari Sinopharm China.

Bangladesh juga ingin membeli lima juta dosis Sputnik, kata menteri luar negeri A.K. Abdul Momen setelah bertemu dengan duta besar Rusia bulan ini.

Gedung Putih dengan tegas mengatakan pengiriman vaksin mereka, sebagian besar dilakukan melalui program Covax Organisasi Kesehatan Dunia, gratis sepenuhnya.

"Kami membagikan dosis ini bukan untuk mengamankan bantuan atau mengekstraksi konsesi. Vaksin kami tidak datang dengan pamrih. Kami melakukan ini dengan tujuan tunggal untuk menyelamatkan nyawa," kata pejabat itu.

Pemerintahan Biden berkomitmen menyumbangkan 2 miliar dolar kepada Covax dan juga membeli 500 juta vaksin Pfizer-BioNTech untuk Uni Afrika dan 92 negara miskin.

Pada KTT G-7 baru-baru ini di Inggris, mitra AS setuju untuk menyumbangkan 500 juta dosis lagi. "Mengakhiri pandemi ini membutuhkan penghapusan di seluruh dunia," kata pejabat Gedung Putih itu.

"Ini adalah momen unik dalam sejarah dan membutuhkan kepemimpinan Amerika," sambungnya.

Selain itu, sekitar 80 juta dosis dari pasokan AS dialokasikan untuk alokasi asing pada akhir Juni.

Dua juta dosis vaksin Pfizer sekarang sedang dikirim ke Peru, dan 2,5 juta dosis Moderna akan dikirim ke Pakistan, Gedung Putih mengatakan Senin, 2,5 juta dosis lainnya menuju ke Kolombia.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Fadhilah

Sumber : Kompas TV


TERBARU