Varian Delta Makin Menyebar, Sejumlah Negara Asia Pasifik ini Berlakukan Lockdown
Kompas dunia | 29 Juni 2021, 19:23 WIBBRISBANE, KOMPAS.TV – Negara-negara di kawasan Asia Pasifik tengah berjuang untuk memperlambat penyebaran virus corona varian Delta yang lebih menular dengan memberlakukan pembatasan dan perintah tinggal di rumah.
Pemberlakuan sejumlah pembatasan ini menjadi pengingat bagi masyarakat yang baru saja menyambut rencana pembukaan kembali sejumlah negara bahwa pandemi masih belum usai.
Melansir The New York Times (NYT) pada Selasa (29/6/2021), di Australia, lonjakan kasus varian Delta memaksa 4 kota utama – Sydney, Brisbane, Perth, dan Darwin – memberlakukan lockdown ketat.
Pada Senin (28/6/2021), pemerintah Malaysia menyatakan bahwa perintah tinggal di rumah akan diperpanjang hingga waktu yang belum ditentukan. Sementara, pejabat Hong Kong melarang seluruh penerbangan dari Inggris, tempat jumlah kasus varian Delta meroket.
Baca Juga: Rusia Segera Suntikkan Vaksin Covid-19 Dosis Tunggal Baru, Sputnik Light, untuk Hadang Varian Delta
Di Bangladesh, tentara bersiap menggelar patroli di jalanan agar warga mematuhi perintah tinggal di rumah. Di negara itu, kasus baru meningkat dengan pesat, nyaris mendekati puncak lonjakan kasus pada April lalu.
“Virus Covid-19 varian Delta ini mendominasi,” kata Robed Amin, juru bicara kementerian kesehatan Bangladesh.
Ia menambahkan, hasil tes menunjukkan, varian yang pertama kali terdeteksi di India itu menyumbang lebih dari 60 persen kasus baru.
Pemberlakuan lockdown dan pembatasan itu telah mengikis harapan masyarakat di kawasan Asia Pasifik. Tahun lalu, banyak negara di kawasan ini berhasil menghindari penyebaran terburuk tahun lalu dengan sejumlah pembatasan.
Tapi kini, warga yang lelah merasa frustasi dengan kemunduran itu. Lantaran, sebagian dunia lain tengah bergerak menuju masa normal sebelum pandemi.
Tingkat vaksinasi masih rendah
Seorang pemilik restoran di luar Kuala Lumpur, Malaysia, Marcus Low, mengeluhkan lockdown ke-4 yang diberlakukan negeri jiran selama pandemi.
Infeksi harian di Malaysia memuncak pada awal Juni. Namun, meski telah menerapkan lockdown selama beberapa pekan, menurut data NYT, kasus-kasus baru hanya menurun hingga 5% selama 2 pekan terakhir.
Dari populasi total 33 juta jiwa, hanya 6% di antaranya yang telah menerima vaksinasi lengkap, atau kurang dari 2 juta jiwa.
Baca Juga: Puluhan Ribu Warga Migran Bangladesh Eksodus Keluar Dhaka Menjelang Lockdown Ibukota
“Restoran saya terkenal dengan keramahannya dan berbagi hidangan, kebalikan dari pembatasan sosial,” ujar Low.
Bagi dirinya dan bisnis kecil lain, lockdown ini berjuang untuk bertahan hidup. "Lockdown kali ini mungkin jadi rintangan terakhir yang bisa kami lalui,” katanya pasrah.
Sementara itu, sejumlah warga lain menyalahkan lambatnya vaksinasi hingga pembatasan kembali diberlakukan.
“Jika kita dapat mencapai tingkat vaksinasi yang sangat tinggi, itu akan mengubah segalanya,” terang Hassan Vally, profesor epidemiologi di La Trobe University di Melbourne.
Dengan jumlah populasi yang telah divaksinasi secara lengkap kurang dari 5% di Australia, ia berkomentar bahwa dalam beberapa hal, kondisi sekarang sebenarnya tak terlalu mengejutkan.
Varian Delta merupakan satu dari sejumlah “varian yang menjadi perhatian” yang diidentifikasi oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (AS) CDC.
Meskipun perkiraan tingkat penularannya berbeda, varian ini bisa 50% lebih menular dari varian Alpha yang telah menyebar lebih cepat sebelumnya. Varian Alpha muncul di Inggris tahun lalu.
Baca Juga: Meski Virus Varian Delta Menyebar, Bali Masih Tetap Diminati Wisatawan Dunia
Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 tetap efektif melawan varian Delta, meskipun perlindungan terhadap mereka yang baru divaksinasi dengan dosis pertama, terbilang rendah. Namun, pengalaman di beberapa negara menunjukkan bahwa varian Delta dapat menyebar dengan cepat pada mereka yang belum divaksinasi, termasuk anak-anak.
“Di mana pun Anda melakukan vaksinasi, penyakit akan terpojok ke populasi yang belum divaksinasi,” ujar Raina MacIntyre, profesor biosekuriti global di Universitas New South Wales di Sydney.
Inggris Siap Cabut Pembatasan 19 Juli
Sementara itu, negara-negara yang telah memvaksinasi populasinya dalam persentase yang relatif tinggi kini bergerak maju dengan rencana pembukaan kembali.
Di Inggris, tempat varian Delta menjadi penyumbang hampir seluruh kasus penularan baru, para pejabat menyatakan, mereka tetap berencana mencabut sebagian besar pembatasan pada 19 Juli mendatang.
Meskipun jumlah kasus baru meningkat lebih dari dua kali lipat selama dua pekan belakangan, para pejabat meyakini, negara mereka akan tetap terlindungi. Lantaranya, hampir setengah populasi telah divaksinasi secara lengkap.
“Meskipun kasus baru terus meningkat, jumlah mereka yang meninggal dunia tetap, untungnya, rendah,” ujar menteri kesehatan Inggris yang baru, Sajid Javid, Senin (28/6/2021).
Baca Juga: Perpanjang Lockdown, Malaysia Gelontorkan Bantuan Rp542 T untuk Rakyatnya
Para ahli menyatakan, selama virus tetap bersirkulasi, virus dapat bermutasi dan menciptakan tantangan-tantangan baru.
Di India, yang gelombang wabah keduanya pada musim semi lalu menyebabkan ribuan kematian setiap hari, negara bagian Maharashtra telah kembali memberlakukan perintah tinggal di rumah sebagian. Perintah ini merupakan respon atas penyebaran varian Delta Plus, yang digambarkan oleh para ilmuwan sebagai turunan varian Delta.
Para pejabat kesehatan India telah mengungkapkan kekhawatiran bahwa varian Delta Plus dapat meyebar dengan lebih cepat.
“Ada kemungkinan terjadi gelombang wabah ketiga," kata menteri kepala Maharashtra, Uddhav Balasaheb Thackeray.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV