> >

Suntikan Tambahan Dibutuhkan Penerima Vaksin J&J untuk Hadapi Penyebaran Covid-19 Varian Delta di AS

Kompas dunia | 26 Juni 2021, 18:33 WIB
Vaksin Covid-19 satu kali suntikan buatan Johnson&Johnson. Para ahli penyakit menular menimbang perlunya vaksin booster (penguat) berbasis mRNA buatan Pfizer/BioNTech atau Moderna untuk orang Amerika Serikat yang menerima vaksin satu dosis Johnson & Johnson karena meningkatnya prevalensi varian Delta yang lebih menular. (Sumber: Antara via Reuters)

Gallagher mengatakan dia prihatin melihat data Inggris yang menunjukkan kemanjuran yang lebih rendah terhadap varian Delta untuk orang yang menerima satu dosis vaksin.

"Sementara situasinya menjadi jauh lebih baik di AS, varian Delta yang menyebar ... dan sangat cepat mengambil alih di AS terlihat sedikit lebih mengkhawatirkan dalam hal infeksi dengan hanya vaksin dosis tunggal," katanya. "Jadi saya mengambil risiko."

Baca Juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Menkes Kaji Pemberian Vaksin Sinovac-Pfizer untuk Anak dan Remaja

Jacob Conary, 15, mendengarkan nasihat setelah menerima suntikan pertama vaksinasi Covid-19, Rabu, 12 Mei 2021, di Auburn, Maine, Amerika Serikat, yang menyuntikkan vaksin Covid-19 untuk anak usia 12 hingga 15 tahun. (Sumber: AP Photo/Robert F. Bukaty)

Kasus, jumlah rawat inap, dan tingkat kematian menurun drastis di Amerika Serikat di mana 56% populasi orang dewasa sudah mendapat vaksinasi lengkap.

J&J mengatakan sedang menguji apakah respons imun dari vaksinnya mampu menetralkan varian Delta di laboratorium, tetapi belum ada data yang tersedia.

Kedua vaksin mRNA menunjukkan tingkat kemanjuran sekitar 95% dalam uji coba besar di AS, sementara vaksin J&J 66% efektif dalam mencegah COVID-19 sedang hingga berat secara global ketika varian yang lebih menular beredar.

Angela Rasmussen, seorang peneliti di Universitas Saskatchewan's Vaccine and Infectious Disease Organization, mengatakan di Twitter, dia mendapatkan suntikan dosis vaksin Pfizer minggu ini setelah menerima suntikan vaksin buatan J&J pada bulan April lalu.

Rasmussen, yang menolak untuk diwawancarai, mendorong orang Amerika yang menerima vaksin J&J untuk berkonsultasi dengan dokter mereka tentang kemungkinan suntikan kedua.

"Jika Anda tinggal di komunitas dengan vaksinasi rendah secara keseluruhan, saya sarankan Anda sangat mempertimbangkan untuk melakukannya," cuitnya.

Pakar vaksin Dr Peter Hotez dari Baylor College of Medicine dalam sebuah cuitan mengatakan menambahkan dosis J&J kedua atau salah satu vaksin mRNA mungkin memberikan perlindungan yang lebih luas, "Tetapi kami membutuhkan data dan panduan CDC-FDA."

Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular AS (NIAID) sedang menjalankan uji coba untuk menentukan perlunya meningkatkan semua suntikan yang saat ini diizinkan dengan dosis lain vaksin buatan Moderna.

Ilmuwan NIAID Dr John Beigel mengatakan kepada Reuters, seperti dilaporkan Antara, badan tersebut berharap memiliki data itu pada September untuk membantu memberi masukan bagi pembuatan keputusan regulator tentang vaksin-vaksin penguat.

Selama jumlah kasus tetap rendah di Amerika Serikat, penerima J&J harus menunggu lebih banyak data, katanya.

Jika infeksi dan rawat inap yang didorong oleh varian Delta meningkat secara signifikan, katanya, "Maka keputusan mungkin perlu dibuat dengan tidak adanya data. Tapi saat ini, saya pikir tepat bahwa mereka harus menunggu."

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU