> >

Suntikan Tambahan Dibutuhkan Penerima Vaksin J&J untuk Hadapi Penyebaran Covid-19 Varian Delta di AS

Kompas dunia | 26 Juni 2021, 18:33 WIB
Vaksin Covid-19 satu kali suntikan buatan Johnson&Johnson. Para ahli penyakit menular menimbang perlunya vaksin booster (penguat) berbasis mRNA buatan Pfizer/BioNTech atau Moderna untuk orang Amerika Serikat yang menerima vaksin satu dosis Johnson & Johnson karena meningkatnya prevalensi varian Delta yang lebih menular. (Sumber: Antara via Reuters)

NEW YORK, KOMPAS.TV - Para ahli penyakit menular menimbang perlunya vaksin booster (penguat) berbasis mRNA buatan Pfizer/BioNTech atau Moderna untuk orang Amerika Serikat yang menerima vaksin satu dosis Johnson & Johnson.

Hal ini dikarenakan meningkatnya prevalensi varian Delta yang lebih menular, seperti dilansir Antara, Sabtu (26/6/2021).

Beberapa mengatakan mereka telah melakukannya sendiri, bahkan tanpa data yang dipublikasikan atau dukungan dari regulator kesehatan AS tentang apakah menggabungkan dua vaksin yang berbeda aman dan efektif.

Kanada dan beberapa negara Eropa sudah mengizinkan orang untuk mendapatkan dua suntikan vaksin Covid-19 yang berbeda.

Perdebatan berpusat pada kekhawatiran tentang seberapa protektif suntikan J&J terhadap varian Delta yang pertama kali terdeteksi di India dan sekarang beredar luas di banyak negara.

Direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Rochelle Walensky memperingatkan, varian Delta, yang juga dikaitkan dengan penyakit yang lebih parah, dapat dengan cepat menjadi versi virus yang dominan di Amerika Serikat.

Tidak ada data substansial yang menunjukkan seberapa protektif vaksin J&J terhadap varian baru. Namun, penelitian di Inggris menunjukkan dua dosis vaksin Pfizer/BioNTech atau AstraZeneca secara signifikan lebih protektif terhadap varian itu daripada hanya satu dosis vaksin.

Baca Juga: Amerika Serikat Kaji Kasus Peradangan Jantung Pasca Vaksinasi Covid-19 dengan Pfizer dan Moderna

Andy Slavitt, mantan penasihat pandemi senior untuk Presiden AS Joe Biden, mengemukakan gagasan itu minggu ini di podcastnya.

Setidaknya setengah lusin pakar penyakit menular terkemuka mengatakan regulator AS perlu mengatasi masalah ini dalam waktu singkat.

"Tidak ada keraguan, mereka yang menerima vaksin J&J kurang terlindungi dari penyakit, dibandingkan mereka yang mendapatkan dua dosis suntikan lainnya," kata profesor Stanford Dr Michael Lin, seraya menambahkan, "Dari prinsip mengambil langkah mudah untuk mencegah hasil yang sangat buruk, ini (suntikan kedua vaksin nRNA) benar-benar tidak perlu dipertanyakan lagi (kegunaannya)."

CDC tidak merekomendasikan suntikan vaksin penguat, dan penasihat badan tersebut mengatakan pada pertemuan publik minggu ini belum ada bukti signifikan penurunan perlindungan dari vaksin.

Jason Gallagher, seorang ahli penyakit menular di Sekolah Farmasi Universitas Temple, baru-baru ini menerima dosis Pfizer di klinik vaksin Philadelphia di mana dia selama ini memberikan suntikan (bagi publik). Gallagher sebelumnya mendapat suntikan vaksin J&J dalam uji klinis pada November.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU