Kala Rusia Penasaran Saat Kapal Induk Terbaru Inggris Ikut Operasi Perangi ISIS: Angkut Jet F-35
Kompas dunia | 22 Juni 2021, 16:09 WIBMEDITERANIA, KOMPAS.TV – Kapal induk terbaru Inggris, HMS Queen Elizabeth, kini tengah mengambil porsi terbesar dalam operasi militer memerangi kelompok Negara Islam ISIS di Irak.
Bergabungnya Inggris dalam armada perang melawan kelompok teroris ISIS, memantik rasa ingin tahu Rusia yang penasaran dengan kapal induk terbaru Inggris dan jet tempur canggih milik Amerika Serikat (AS) itu.
Melansir Associated Press pada Selasa (22/6/2021), Komodor Steve Moorhouse dari Angkatan Laut Inggris menyatakan, Inggris mengambil alih sebagian besar peran dalam menumpas sisa-sisa ISIS di Irak lantaran kini AS kini tengah berfokus pada penarikan pasukannya dari Afghanistan.
“Saat ini, kami mengambil porsi terbesar dalam peran operasi militer atas Irak, yang merupakan hal yang fantastik, karena ini berarti dua hal, yakni, kami dipercayai, dan kami mampu melakukan itu,” papar Moorhouse dari atas kapal induk berbobot 65.000 ton itu, Minggu (20/6/2021).
Baca Juga: Jasad 123 Napi Korban Pembantaian ISIS di Irak Telah Digali dari Kuburan Massal
Ini merupakan kali pertama kapal induk Inggris mendukung operasi militer di darat selama lebih dari dua dekade belakangan, dan ini mencerminkan kekuatan militer Inggris pada skala global.
Kapal induknya, terang Moorhouse, menawarkan fleksibilitas Inggris dalam melaksanakan operasi militer di luar negeri.
“Ini juga akan membuat mereka yang hendak membahayakan Inggris, tetap waspada,” imbuhnya.
Lebih lanjut Moorhouse mengatakan, Mediterania timur telah menjadi kawasan yang lebih “padat dan diperebutkan” selama satu dekade terakhir lantaran kehadiran militer Rusia di Suriah. Ini menyebabkan perjumpaan kekuatan militer antara Inggris dan Rusia yang lebih kerap.
“Kami bersitegang dengan aktivitas Rusia bukan dalam sikap yang berbahaya atau agresif, tapi mereka telah bermain-main dalam wilayah perairan dan udara yang telah ditetapkan,” ujarnya sembari menambahkan bahwa kapal perang Rusia sempat berada dalam rentang jarak 10 kilometer dari kapal induknya.
Baca Juga: Iran Kirim Kapal Perang ke Samudera Atlantik, Diduga Menuju Venezuela, AS Siap Merespon
Sejak kapal induk HMS Queen Elizabeth memulai operasi militer anti ISIS pada 18 Juni lalu, kata Moorhouse, para pilot militer dari negara lain, terutama Rusia, penasaran.
“Faktanya, saat kami membeli kapal induk generasi kelima dan membawanya berkeliling dunia, orang-orang tertarik dan penasaran,” katanya.
Namun, Moorhouse menandaskan, para pilot Rusia dan AS maupun pihaknya tetap memegang teguh profesionalitas dan menghormati satu sama lain.
Kapten James Blackmore, yang memimpin 8 unit jet tempur F-35 Inggris dan 10 unit helikopter di atas kapal induk HMS Queen Elizabeth, mengatakan bahwa para pilot Inggris dan Rusia telah bertemu dalam jarak pandang satu sama lain.
“Ini sikap saling mengintai dan penuh kewaspadaan. Ini sudah kami prediksi, mengingat ini kali pertama jet tempur F-35 mencapai Mediterania timur,” ujar Blackmore.
“Jadi, tentu saja Rusia ingin tahu, seperti apa jet tempur dan kapal induk kami.”
Baca Juga: Kapal Perang Iran dan AS Bersitegang di Teluk Persia
Jet tempur F-35 yang dipersenjatai dengan rudal dari-udara-ke-udara dan bom berpemandu laser, dikerahkan di Irak untuk mencari pesawat lain atau drone tak berawak dan mendukung pasukan darat.
Jet tempur canggih ini juga mampu melakukan aktivitas pengintaian karena dilengkapi dengan sistem radar dan sensor nan canggih.
“Ini jet tempur generasi kelima dengan radar dan sensor yang sangat mumpuni. Jadi ini adalah mata dan telinga kami,” papara Moorhouse.
Kapal induk HMS Queen Elizabeth dan kapal-kapal pendukungnya, termasuk kapal perusak AS The Sullivans, akan tetap berada di Mediterania timur selama 2-3 pekan mendatang.
Setelahnya, kapal induk ini akan bergerak menuju Terusan Suez dan melanjutkan penempatan di India, Korea Selatan dan Jepang selama 7,5 bulan.
Kapal induk ini juga membawa 10 unit jet tempur F-35 milik AS dari Skuadron Serangan Tempur 211 Korps Marinir yang akan melakukan operasi militer di bawah komando Inggris.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Gading-Persada
Sumber : Kompas TV