Macron Meminta Pengampunan Usai Mengakui Prancis Bertanggung Jawab Atas Genosida Rwanda
Kompas dunia | 27 Mei 2021, 23:25 WIBKIGALI, KOMPAS.TV - Presiden Prancis Emmanuel Macron mengakui negaranya bertanggung jawab atas genosida yang terjadi di Rwanda pada 1994.
Ia pun meminta pengampunan atas apa yang telah negaranya ikut berandil pada pembantaian sekitar 800.000 suku Tutsi oleh mayoritas Suku Hutu.
Pernyataan tersebut diungkapkan Macron saat bertemu Presiden Rwanda, Paul Kagame, di situs peringatan genosida di Kigali, Kamis (27/5/2021).
“Meski berusaha menangani konflik regional atau perang sipil, Prancis tak menyadari bahwa pada faktanya telah berdiri di sisi dari rezim yang melakukan genosida,” tutur Macron dikutip dari CNN.
Baca Juga: Pemimpin HAM PBB Sebut Serangan Israel ke Gaza Bisa Dikategorikan Kejahatan Perang
“Dengan melakukannya, telah mendukung tanggung jawab yang besar. Dengan langkah ini, hanya mereka yang selamat, mungkin bisa memaafkan kami, memberikan kami pengampunan,” tambahnya.
Presiden Kagame pun memuji kebesaran hati Macron dengan meminta maaf atas tragedi genosida Rwanda.
Ia juga menegaskan bahwa ini merupakan langkah besar dalam hubungan Prancis dan Rwanda.
“Prancis dan Rwanda akan memiliki lebih banyak hubungan baik yang menguntungkan kedua rakyat kami, meski hubungan tersebut tak akan seluruhnya konvensional,” tutur Kagame.
“Kata-kata Macron merupakan sesuatu yang sangat bernilai, lebih dari sebuah permintaan maaf. Itu semua adalah kebenaran. Baik secara politik dan moral, aksi ini sangat berani,” ujar Kagame.
Baca Juga: Janji Pemimpin Hamas, Tak Akan Sentuh Dana Bantuan Internasional untuk Pemulihan Gaza 1 Sen pun
Prancis dan Rwanda memang telah lama berselisih tentang peran Prancis selama genosida.
Prancis sebelumnya dituduh gagal menghentikan genosida, karena mendukung rezim Hutu, meski setelah pembantaian dimulai.
Para aktivis menyerukan agar para pelaku yang beberapa di antaranya telah tinggal di Prancis selama bertahun-tahun agar dituntut.
Meski begitu, Macron menegaskan negaranya tidak terlibat dalam genosida karena pembunuhnya bukan orang Prancis.
Baca Juga: Mia Khalifa Kecam Gal Gadot Sebagai Boneka Barbie Genosida Atas Komentar Soal Gaza di Sosial Media
Namun, ia bersumpah bahwa tidak ada tersangka pelaku genosida yang dapat menghindari keadilan, karena menurutnya mengakui masa lalunya, merupakan salah satu jalan untuk melajutkan tugas membela keadilan.
Genosida di Rwanda terjadi lebih disebabkan kecemburuan suku Hutu terhadap Tutsi, yang ketika masih diduduki oleh Belgia, diberikan lebih banyak kemudahan dan jabatan.
Ketegangan ketika itu semakin panas setelah Presiden Juvenal Habyarimana yang telah menandatangani perjanjian dengan grup pemberontak Tutsi (RPF) terbunuh saat pesawat yang ditumpanginya ditembak rudal pada 6 April 1994.
Akibatnya diperkirakan antara 500.000 hingga 800.000 suku Tutsi terbunuh dalam genosida tersebut.
Penulis : Haryo Jati Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV