Kasus Covid-19 Melonjak 5 Kali Lipat, Malaysia Bersiap Menghadapi yang Terburuk
Kompas dunia | 26 Mei 2021, 18:59 WIBKUALA LUMPUR, KOMPAS.TV – Malaysia kini tengah mengalami lonjakan kasus Covid-19.
Berdasarkan catatan selama 24 jam terakhir pada Rabu (26/5/2021), terdapat 7.478 kasus penularan baru.
Jumlah ini menjadikan total jumlah kasus Covid-19 di negeri jiran itu menjadi 533.367 kasus, meningkat lima kali lipat sejak awal tahun.
Angka kematian telah melonjak menjadi lebih dari 2.300 dan angka kematian terbaru sepanjang Rabu (26/5/2021) belum dilaporkan.
Selangor, yang mengelilingi Kuala Lumpur, masih menjadi negara bagian dengan jumlah kasus tertinggi sebanyak 2.642 kasus.
Johor mengikuti dengan 664 kasus, dan Kuala Lumpur menyusul dengan 604 kasus.
Baca Juga: Duta Besar RI untuk Malaysia Angkat Bicara Soal Rekor Kasus Covid-19 di Malaysia dan Nasib TKI
Melansir Associated Press, Direktur Jenderal Kementerian Kesehatan Malaysia Noor Hisham Abdullah memperingatkan, Malaysia harus “bersiap menyambut yang terburuk”.
Sebab, katanya, sistem perawatan kesehatan berada di bawah tekanan luar biasa. "Berada di garis depan kewalahan dan kelelahan," katanya.
Beredarnya sebuah video di media sosial tentang perjuangan sejumlah tenaga kesehatan yang gagal menyelamatkan seorang pasien Covid-19 yang sekarat pada Sabtu lalu (22/5/2021), turut mencerminkan kegagalan dan salah langkah pemerintah Malaysia dalam menangani lonjakan kasus Covid-19.
Baca Juga: Nakes Ini Telah Berjuang Sepenuh Tenaga Demi Selamatkan Pasien Covid-19 yang Sekarat, tapi...
Pasien tersebut, seperti dikutip dari Reuters, adalah Abdul Malik Daim (43), yang meninggal di samping tempat tidur susunnya di fasilitas karantina pada Sabtu lalu (22/5/2021).
Abdul Malik telah tinggal selama 3 hari di fasilitas itu setelah dinyatakan positif Coid-19.
Meski terus-terusan batuk, namun pada pemeriksaan awal, Abdul Malik didiagnosis sebagai penderita obesitas dengan tekanan darah tinggi.
Abdul Malik dipandang sebagai pasien berisiko rendah karena tidak ada gejala lain.
“Mungkin mereka harus menjalani pemeriksaan lagi atau meminta pasien untuk saling waspada, sehingga mereka bisa mendapatkan bantuan tepat waktu,” kata saudara Abdul Malik, Abdul Rahim Daim.
Baca Juga: Malaysia Lockdown Lagi, Gelombang Ketiga Kasus Covid-19 Meningkat
Berdasarkan data dari Pusat Studi Strategis dan Internasional, kasus di Malaysia terhitung lebih sedikit dari Indonesia dan Filipina.
Namun, rasio infeksi lebih dari 16.000 per juta jiwa. Jumlah ini menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara.
Kampanye vaksinasi yang dimulai pada Februari telah memicu tuduhan bahwa beberapa penerima mendapat dosis yang lebih rendah dari yang dibutuhkan.
Lonjakan yang terjadi di Malaysia membuat sumber daya rumah sakit semakin tertekan, di mana tingkat hunian melebihi 70% pada pekan lalu.
Baca Juga: Malaysia Lakukan Lockdown Nasional Mulai 12 Mei 2021
Sejak pertengahan bulan ini, karena lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi, pemerintah Malaysia telah memerintahkan pembatasan yang lebih longgar.
Kebijakan ini termasuk penutupan seluruh sekolah, pelarangan operasional makan di restoran dan pelarangan perjalanan antar wilayah.
Kebijakan pembatasan ini diambil agar tak mengakibatkan bencana ekonomi.
Dari seluruh populasi sebanyak 33 juta jiwa, Malaysia telah memberikan hampir 2,5 juta penduduk dengan setidaknya satu dosis vaksin.
Namun, virus corona tetap menyebar dengan cepat dan klaster-klaster dengan varian virus dari Afrika Selatan serta India ikut menyebar luas.
Baca Juga: Lockdown Malaysia Mulai Hari Ini, Puluhan Ribu WNI Terpaksa Mudik Karena Kehilangan Pekerjaan
Ini pun memicu kewaspadaan di negara tetangga Thailand, yang mengklaim mendeteksi varian virus Afrika Selatan dari seseorang yang menyeberang perbatasan dari Malaysia.
Penulis : Vyara Lestari Editor : Fadhilah
Sumber : Kompas TV