Apa Itu Gencatan Senjata yang Disepakati Israel dan Palestina? Berhasilkah Meredam Konflik?
Kompas dunia | 21 Mei 2021, 17:51 WIBYERUSALEM, KOMPAS.TV - Israel dan Palestina sepakat melakukan gencatan senjata di Jalur Gaza. Apa pengertian gencatan senjata ini? Bagaimana selanjutnya?
Berdasarkan KBBI, gencatan senjata adalah “penghentian tembak-menembak (tentang perang)”.
Sementara, kamus Britannica menulis gencatan senjata (armistice) adalah “kesepakatan untuk penghentian permusuhan aktif antara dua atau lebih pihak yang berperang.”
Baca Juga: Kemungkinan Pecah Kongsi AS dengan Israel dan Meningkatnya Simpati Yahudi-Amerika pada Palestina
Secara umum, area dan durasi gencatan senjata ini diatur lewat kesepakatan bersama dua pihak yang berperang.
Masih berdasarkan Britannica, gencatan senjata ini dapat berjalan sementara atau lokal. Hal ini agar kedua belah pihak dapat menyelesaikan kepentingannya, seperti mengumpulkan korban meninggal akibat perang.
Namun, ada pula gencatan senjata total. Gencatan senjata total ini, misalnya terjadi pada 1940 antara Prancis dan Jerman.
Meski begitu, gencatan senjata total tidak sama dengan penghentian perang, secara hukum internasional.
Kecuali ada kesepakatan lain, pihak yang melakukan gencatan senjata total dapat tetap melakukan blokade atas wilayah musuh dan bisa bertemu di tempat netral.
Meski begitu, ada contoh perjanjian gencatan senjata yang berlaku lebih luas, yaitu menjadi bentuk awal perdamaian. Contohnya, kesepakatan gencatan senjata pada 27 Juli 1953 yang mengakhiri perang Korea.
Baca Juga: Pengamat Hubungan Internasional Ungkap Deretan Fakta dan Latar Belakang Konflik Israel-Palestina
Sementara, gencatan senjata antara Israel dan Palestina terjadi lewat bantuan Mesir sebagai penengah.
Pada Kamis (20/5/2021) kabinet keamanan Israel mengatakan mendukung gencatan senjata Gaza sesuai usulan Mesir.
Setelahnya, kelompok yang menguasai Gaza, Hamas menyetujui gencatan senjata mulai Jumat (21/5/2021) pukul 2 dini hari.
Hal ini mengakhiri 11 hari serangan Israel ke Jalur Gaza usai negara-negara dunia mendesak penghentian konflik.
Akibat konflik ini, 232 warga Palestina dan 12 orang di Israel meninggal dunia.
Konflik ini adalah pertempuran yang paling sengit sejak 2014. Akibat konflik ini, Gaza mengalami kerusakan parah dan aktivitas warga terhenti.
Bukan Gencatan Senjata Pertama
Menilik sejarah, bukan kali ini saja Israel dan Palestina menyepakati gencatan senjata. Israel dan Palestina pernah menyepakati gencatan senjata pada 2005, tepatnya tanggal 9 Februari.
Baca Juga: Mengungkap Deretan Fakta dan Penyebab Israel-Palestina Sulit Berdamai
Kesepakatan gencatan senjata ini didapatkan dari pertemuan tingkat tinggi di Mesir. Perdana Menteri Israel, Ariel Sharon, bertemu dengan pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas.
Meski begitu, Israel dan Palestina tetap berkonflik. Pada 2014, Palestina dan Israel terlibat dalam pertempuran sengit.
Usaha gencatan senjata muncul kembali dari pihak Mesir. Pada 15 Juli 2014, Israel menerima usulan Mesir untuk melakukan gencatan senjata.
Namun, Hamas merasa tidak dilibatkan Mesir. Mereka pun menolak kesepakatan itu dan segera mengirim 50 roket ke Israel. Keesokan harinya, 16 Juli 2014, Israel membalas serangan Hamas dan memulai kembali pertempuran.
"Hamas tak memberikan kami pilihan selain membalas. Kami tak akan berhenti sampai ancaman terhadap Israel berhenti," jelas Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dalam konferensi pers di Tel Aviv kala itu.
Akibat serangan balasan dari Israel tersebut, jumlah korban tewas dari Palestina terus bertambah menjadi di atas 200 orang.
Setelah serangan Isarel, pihak militer negara tersebut mengirimkan peringatan kepada warga sipil di kasawan Gaza utara agar mereka melakukan evakuasi dari rumah mereka demi keamanan mereka sendiri.
Akhirnya, gencatan senjata benar-benar terjadi pada 26 Agustus 2014.
Penggusuran di Sheikh Jarrah
Meski begitu, sebagaimana diketahui, konflik Israel dan Palestina tidak pernah benar-benar berakhir.
Beberapa waktu lalu mereka kembali bertempur usai dipicu kekerasan aparat Israel pada demonstran di Masjid Al-Aqsa dan penggusuran warga Palestina di Sheikh Jarrah, Yerusalem Timur.
Baca Juga: Israel Gencatan Senjata dengan Palestina, Benjamin Netanyahu Diserang Kritik Partai Sayap Kanan
Israel saat ini masih terus mengepung Jalur Gaza dan membatasi ruang gerak warga Palestina di Sheikh Jarrah.
“Kami tidak tidur di malam hari karena kami cemas apa yang akan dilakukan para ekstremis ini (tentara Israel),” kata Iskafi, penduduk Sheikh Jarrah, dikutip dari Al Jazeera.
“Mereka menugaskan tiga sampai empat tentara di tiap pintu rumah kami untuk menjaga kami tetap terkunci di dalam. Kapanpun kami mencoba keluar, mereka bilang: ‘Kamu tetap di dalam atau akan kami pukul’,” imbuh Iskafi.
Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Eddward-S-Kennedy
Sumber : Kompas TV