Israel Gencatan Senjata dengan Palestina, Benjamin Netanyahu Diserang Kritik Partai Sayap Kanan
Kompas dunia | 21 Mei 2021, 17:04 WIBTEL AVIV, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mendapatkan kritikan keras dari sekutu politiknya serta anggota partai sayap kanan.
Kritikan tersebut didapatnya setelah memutuskan Israel melakukan gencatan senjata dengan Palestina.
Dikutip Anadolu Agency, Jumat (21/5/2021), pemimpin Partai New Hope, Gideon Sa’ar mengatakan gencatan ini sebagai sesuatu yang memalukan.
Baca Juga: Masinis Shinkansen Terancam Dihukum, Akibat Pergi ke Toilet Tiga Menit saat Kereta Melaju Cepat
Hal yang sama juga diungkapkan Mantan Menteri Keadilan dan Anggota Parlemen dari Partai Yamina, Ayelet Saked.
“Gencatan senjata tanpa syarat sangat memalukan,” tuturnya.
Ia pun menegaskan agar pasukan Israel yang ditawan Hamas bisa dibebaskan.
Baca Juga: Sebut Bom AS Bantu Hancurkan Gaza, Bernie Sanders Berusaha Blok Penjualan Senjata ke Israel
“Mengembalikan putra-putra kami pulang akan menjadi sebuah kemenangan,” tutur Saked.
Gencatan senjata terjadi setelah Israel melakukan serangan udara selama 11 hari ke Gaza.
Akibat serangan tersebut dilaporkan lebih dari 200 orang warga Palestina tewas.
Baca Juga: Tunjukkan Dukungan pada Israel di TikTok, PNS di Malaysia Ditangkap Polisi
Gencatan senjata terjadi setelah Mesir menengahi antara Israel dan Hamas.
Gencatan senjata secara efektif akan dilakukan sejak hari ini.
Israel sendiri sebelumnya mendapat tekanan dari dunia internasional untuk menghentikan serangannya.
Baca Juga: Menlu AS Apresiasi Gencatan Senjata Israel-Palestina dan akan Segera Kunjungi Timur Tengah
Mereka meminta agar gencatan senjata bisa dilakukan. Hal itu juga yang diinginkan sekutu Israel, Amerika Serikat (AS).
Presiden AS, Joe Biden bahkan menyambut baik gencatan senjata tersebut.
“Saya percaya warga Palestina dan Israel pantas sama-sama bisa hidup dengan aman, menikmati kebebasan, kemakmuran dan demokrasi yang setara,” katanya.
Penulis : Haryo Jati Editor : Eddward-S-Kennedy
Sumber : Kompas TV