> >

Ramadan di Bosnia, Kisah Pekerja Tambang Batu Bara Menjalani Puasa Sambil Berjihad Mencari Nafkah

Kompas dunia | 2 Mei 2021, 19:29 WIB
Pekerja tambang batu bara di Zenica, Bosnia-Herzegovina menunaikan salat magrib berjemaah usai berbuka puasa di dalam tambang 500 meter di bawah tanah. Selama bulan suci Ramadan, para pekerja tambang Bosnia menjalani rutinitas kerja normal, bersikeras tidak merasakan lapar, haus, atau lelah yang luar biasa. (Sumber: AP Photo/Kemal Softic)

ZENICA, KOMPAS.TV - Sekelompok pria pekerja tambang bekerja berjam-jam di tambang batu bara yang bermasalah jauh di bawah tanah di pusat kota Zenica, Bosnia. Selama bulan suci Ramadan, Muslim yang taat di antara mereka mudah dikenali.

Seperti dilansir Associated Press, Minggu (2/5/2021), setiba giliran bekerja dan berkumpul untuk absen masuk lift ke terowongan tambang bawah tanah, mereka membawa serta kantong plastik transparan berisi makanan sederhana yang dibawa dari rumah untuk berbuka puasa 500 meter di bawah permukaan tanah.

Selama bulan suci Ramadhan, kaum Muslim yang taat tidak makan, minum, dan merokok dari fajar hingga matahari terbenam, tidak terkecuali penambang batu bara Zenica.

Selama bulan suci Ramadan, para pekerja tambang Bosnia yang menjalani rutinitas kerja normal mereka, bersikeras tidak merasakan lapar, haus, atau lelah yang luar biasa.

“Bagi orang yang tidak mau menjalankan ibadah puasa selalu mudah mencari alasan. Kami bekerja keras, panas di sini, tapi kami ingin menjalankan ibadah puasa dan Allah SWT memberi kami kekuatan untuk bertahan,” kata Salih Doglod, seorang penambang Muslim di Bosnia.

Baca Juga: Masjid Istiqlal Bosnia, Masih Ada Hubungannya dengan Indonesia

Pekerja tambang umat Muslim Bosnia-Herzegovina di kota Zenica berdoa bersama sebelum berbuka puasa di tambang batu bara pada kedalaman 500 meter di bawah tanah. (Sumber: AP Photo/Kemal Softic)

Di dalam terowongan tambang, orang tidak dapat melihat matahari terbenam, tetapi penambang merujuk pada jam tangan dan ponsel cerdas mereka untuk mengetahui waktu yang tepat untuk duduk, membuka bungkus makanan, dan berbuka puasa bersama.

Setelah berbuka puasa dengan cepat, salah satu penambang mengumandangkan azan dan sejurus kemudian para pria itu membagi diri menjadi dua atau tiga saf untuk salat magrib sebelum kembali ke pekerjaan mereka yang sulit dan berbahaya.

Tambang batu bara Bosnia, termasuk yang ada di Zenica, selama ini dirawat dengan buruk, dan hampir tidak ada investasi dan modernisasi karena wilayah itu dilanda konflik etnis pada tahun 1990-an.

Pada tahun 2014, Fuad Hadzic selamat dari keruntuhan maut di tambang Zenica dan meyakini peristiwa itu hanya memperkuat keyakinannya.

Baca Juga: Hujan Salju Lebat, Ratusan Imigran Kedinginan di Kamp Bosnia Yang Terbakar

Pekerja tambang batu bara umat Muslim Bosnia berbuka puasa bersama dengan memakan makanan yang dibawa dari rumah buatan istri mereka. Saling bertukar dan menawarkan makanan berbuka kerap menjadi tradisi umat Muslim yang berbuka di luar rumah, termasuk di Bosnia. (Sumber: AP Photo/Kemal Softic)

Pada saat itu, beberapa terowongan tambang runtuh sehingga menyebabkan dia dan 33 penambang lainnya, termasuk lima tewas oleh puing-puing, terjebak di bawah tanah selama berjam-jam.

“Semoga itu tidak pernah terulang atau terjadi pada orang lain, tetapi orang-orang beriman di antara kita percaya Allah SWT akan menyelamatkan kita, dan kita diselamatkan oleh Allah SWT,” kata Hadzic.

“Kami mengucapkan semua doa yang kami tahu dengan lantang dan saling mengatakan untuk terus berdoa karena kami tahu hanya Allah SWT yang bisa menyelamatkan kami,” kenangnya.

Hadzic menegaskan Allah SWT melindunginya di saat-saat paling berbahaya dalam hidupnya dan selalu memberinya kekuatan untuk menjalankan agamanya.

“Saya bekerja di tambang yang sama ini selama 30 tahun dan dengan pertolongan Allah saya selalu berpuasa selama Ramadan. Saya sama sekali tidak merasa kesulitan,” ujarnya.

Tiga pekerja tambang batu bara Muslim Bosnia usai menjalankan shalat maghrib setelah berbuka puasa bersama. Sempitnya ruang di bawah tanah membuat salat magrib berjemaah dilaksanakan bergantian, dengan keyakinan Islam adalah agama yang memudahkan umatnya. (Sumber: AP Photo/Kemal Softic)

 

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU