> >

Dua Pangkalan Udara Myanmar Diserang Roket, Diduga Serangan Balasan Pemberontak

Kompas dunia | 29 April 2021, 23:23 WIB
Pos militer Myanmar (kiri atas) yang berhasil direbut gerilyawan Karen tampak dari Mae Sam Laep, Thailand pada Kamis (29/4/2021). (Sumber: UGC via AP)

BANGKOK, KOMPAS.TV – Sejumlah roket ditembakkan ke dua pangkalan udara pemerintah di Magway dan Meiktila di tengah Myanmar pada Kamis (29/4/2021). Namun, junta militer Myanmar menyatakan, tak ada korban dalam serangan yang menyebabkan sejumlah kerusakan itu.

Melansir The Associated Press, belum ada pihak atau kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan roket tersebut, dan pihak junta tengah mencari pelakunya.

Baca Juga: Junta Militer Myanmar Serang Dua Suku Minoritas Kachin dan Karen Lewat Udara

Kapten Aye Thazin Myint, juru bicara junta, menyatakan, sebanyak empat buah roket berukuran 107 milimeter ditembakkan ke pangkalan udara di Magway pada Kamis (29/4/2021) pukul 3 dini hari.

Tiga roket mendarat di sebuah lapangan dan sisanya mendarat di sebuah ruas jalan. Sebuah gedung mengalami kerusakan minor dalam serangan yang menurut pihak junta berasal dari dua desa terdekat itu.

“Di pangkalan udara di Meiktila, lima buah roket ditembakkan antara pukul 5 hingga 9 pagi,” terang Myint pada para wartawan dalam konferensi pers di Naypyidaw, Kamis (29/4/2021). “Suara tembakan di desa-desa terdekat juga terdengar.”

Roket-roket tersebut biasanya digunakan oleh kelompok pemberontak lantaran harganya yang murah dan mudah digunakan, meskipun tidak terlalu akurat.

Junta militer yang menggulingkan kekuasaan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada kudeta 1 Februari lalu, kini tengah terlibat dalam perang terbuka dengan para gerilyawan dari minoritas Kachin dan Karen. Kedua suku minoritas ini bersekutu dengan gerakan protes menentang kekuasaan miliiter.

Asap mengepul dari kamp Tentara Myanmar dekat perbatasan Myanmar dan Thailand Selasa 27 April 2021. Gerilyawan etnis Karen merebut pangkalan militer Myanmar Selasa, (27/4/2021) (Sumber: Transborder News via AP)

Kachin di utara Myanmar dan Karen di timur, telah memerangi pemerintah pusat selama beberapa dekade demi memperjuangkan otonomi yang lebih luas. Sejumlah periode konflik bersenjata dan gencatan senjata yang tak stabil telah mereka lalui.

Selama beberapa bulan terakhir, kedua kawasan di Myanmar tersebut mengalami peningkatan aktivitas peperangan dan menjadi sasaran serangan udara dan darat dari pasukan pemerintah. Pada Selasa (27/4/2021), suku Karen berhasil merebut sebuah pos militer pemerintah di perbatasan Myanmar – Thailand.

Baca Juga: Presiden Jokowi Tuntut Junta Militer Myanmar Setop Pembunuhan dan Bebaskan Tapol

Pemerintah militer juga telah meningkatkan tindakan terhadap musuh-musuh mereka di kota dengan mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap ratusan aktivis termasuk aktor dan aktris, influencer media sosial dan dokter. Jurnalis pun tak luput menjadi sasaran.

Aksi protes di jalanan terus berlanjut, namun skalanya lebih kecil sejak junta meningkatkan penggunaan kekuatan yang mematikan. Lebih dari 700 demonstran dan warga tewas terbunuh. Namun, junta mengklaim jumlah yang tewas hanya sepertiganya.

Tentara Myanmar berdiri di kamp tentara kecil di sepanjang tepi sungai dekat perbatasan Myanmar dan Thailand. Gerilyawan etnis Karen mengatakan mereka merebut pangkalan militer Myanmar pada Selasa, 27 April 2021. (Sumber: AP Photo/Sakchai Lalit, File)

Harian Global New Light of Myanmar yang dikelola pemerintah melaporkan pada Kamis (29/4/2021), seorang pemimpin aksi, Wai Moe Naing, secara resmi didakwa dengan pelanggaran termasuk pembunuhan dan pengkhianatan karena diduga memimpin jaringan lokal yang terorganisir dengan baik menentang pemerintah militer Myanmar.

Baca Juga: Min Aung Hlaing, Pemimpin Junta Militer Myanmar, Tiba di Jakarta

Dalam sebuah laporan yang belum dapat dipastikan kebenarannya, dari sebuah kota terpencil gerakan menentang junta dapat dioperasikan secara canggih dari nol hanya dalam waktu beberapa bulan dengan kemampuan menggalang dana dan menjalin hubungan dengan sekutu.

Laporan itu juga menyebut lusinan tersangka konspirator dan bahkan dilengkapi dengan bagan struktur komando.

Wai Moe Naing ditangkap di pusat kota Monywa pada 15 April saat ia ambil bagian dalam aksi protes menentang junta menggunakan sebuah motor. Ia ditangkap saat motor yang dikendarainya terjatuh karena ditabrak sebuah mobil.

Sejak penangkapannya, ia tak pernah terlihat di depan publik, meski pemerintah mengedarkan fotonya yang tampak babak-belur. Sejumlah foto para pengunjuk rasa lain yang beredar pun menunjukkan kondisi mereka yang babak-belur, yang mengarah pada kekhawatiran bahwa mereka telah disiksa.

Laporan itu juga menyebut, sebanyak 23 tersangka yang terkait dengan Wai Moe Naing tengah diburu pihak junta.

Penulis : Vyara Lestari Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU