> >

Kasus Corona Kembali Melonjak, Turki Umumkan Lockdown Paling Ketat

Kompas dunia | 27 April 2021, 16:50 WIB
Warga Turki mengenakan masker saat berjalan di tengah kota Istanbul. Presiden Turki mengumumkan lockdown paling ketat yang akan diberlakukan negara tersebut pada Kamis (29/4/2021) mendatang, karena kasus Covid-19 yang terus melonjak. (Sumber: Associated Press)

ANKARA, KOMPAS.TV - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan pemberlakuan lockdown paling ketat yang pernah diberlakukan di negara tersebut.

Dalam lockdown yang akan berlaku mulai Kamis (29/4/2021) mendatang, Turki akan menutup bisnis, sekolah, membatasi perjalanan dan menginstruksikan warganya untuk tinggal di rumah selama hampir tiga minggu.

Presiden Erdogan mengumumkan pada Senin (25/4/2021) bahwa semua bisnis harus ditutup kecuali bisnis yang diperbolehkan untuk tetap buka oleh Kementerian Dalam Negeri.

Bisnis yang masih diperbolehkan dibuka adalah bisnis pertanian, perawatan kesehatan dan kebersihan.

Baca Juga: Protes Pengakuan Genosida Armenia oleh AS, Turki Panggil Dubes AS

Supermarket akan tetap buka kecuali pada hari Minggu.

Sedangkan perjalanan antarkota harus mendapatkan izin dan sekolah akan beralih ke pendidikan online.

Langkah-langkah tersebut akan diberlakukan hingga 17 Mei dan juga akan berlaku pada hari raya Idul Fitri.

"Akan ada larangan untuk pergi ke luar di antara tanggal-tanggal ini," kata Erdogan seperti dikutip dari The Associated Press.

Sebelumnya, Turki hanya menginstruksikan warganya untuk tinggal di rumah pada malam hari, akhir pekan, dan hari libur.

Erdogan mengatakan bahwa tanpa batasan yang lebih ketat dan tingkat infeksi corona yang lebih rendah, akan ada "harga mahal" untuk pariwisata, perdagangan dan pendidikan.

Dia mengatakan tujuannya adalah untuk mengurangi infeksi corona harian menjadi 5.000.

Baca Juga: Ramadan Tahun Ini, Muslim Turki Diminta Berbuka Puasa dan Salat Tarawih di Rumah

Sedangkan infeksi harian yang dikonfirmasi pada hari Senin mencapai 37.312 kasus.

Jumlah ini sebenarnya yang mulai turun dari rekor sebelumnya sebanyak lebih dari 63.000 kasus pada pertengahan April.

Infeksi dan kematian melonjak setelah Turki mencabut sebagian pembatasan pada Maret lalu, ketika pemerintah mencoba upaya "normalisasi terkontrol" dengan mengkategorikan provinsi Turki menjadi empat tingkatan risiko.

Upaya itu gagal dan virus menyebar ke seluruh kota dan provinsi, dibantu oleh mutasi virus yang membuatnya semakin menular.

Negara berpenduduk 83 juta orang itu hingga kini telah mencatat lebih dari 4,6 juta infeksi dan total 38.711 kematian.

Penulis : Tussie Ayu Editor : Deni-Muliya

Sumber : Kompas TV


TERBARU