Setelah Tiba, Pesawat Intai Amerika Serikat P-8 Poseidon Langsung Bantu Pencarian KRI Nanggala 402
Kompas dunia | 24 April 2021, 17:02 WIBPanglima TNI dan Kapolri dan jajaran petinggi militer Indonesia dijadwalkan menggelar jumpa pers Sabtu malam.
Belum ada tanda-tanda kehidupan dari kapal selam itu, tetapi anggota keluarga berharap upaya pencarian besar-besaran akan menemukan kapal tersebut tepat waktu.
Baca Juga: 72 Jam Berlalu, Netizen Serukan Pray For KRI Nanggala-402
“Keluarga dalam kondisi baik dan terus berdoa,” kata Ratih Wardhani, adik dari awak kapal berusia 49 tahun Wisnu Subiyantoro.
“Kami optimistis Nanggala bisa diselamatkan dengan semua awaknya.”
Presiden Indonesia Joko Widodo telah memerintahkan upaya habis-habisan untuk menemukan kapal selam tersebut dan meminta masyarakat Indonesia untuk berdoa agar awak kapal kembali dengan selamat.
Pencarian difokuskan pada area di dekat posisi awal penyelaman terakhir di mana terdapat ceceran minyak. Namun tidak ada bukti kuat sejauh ini ceceran minyak tersebut berasal dari KRI Nanggala 402.
Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Yudo Margono mengatakan minyak bisa saja tumpah dari celah di tangki bahan bakar kapal selam atau awak kapal bisa melepaskan bahan bakar dan cairan untuk mengurangi berat kapal sehingga bisa muncul ke permukaan.
Baca Juga: RS Terapung KRI Soeharso dan Kapal Basarnas Bersiaga di Pelabuhan Tanjung Wangi
Namun, TNI Angkatan Laut yakin kapal selam itu tenggelam hingga kedalaman 600-700 meter (2.000-2.300 kaki), jauh lebih dalam dari perkiraan sebelumnya yakni 200 meter (655 kaki), di mana tekanan air akan lebih besar daripada yang bisa ditahan lambung kapal.
Penyebab hilangnya nyawa masih belum pasti. Angkatan Laut mengatakan kegagalan listrik bisa membuat kapal selam tidak dapat menjalankan prosedur darurat untuk muncul kembali.
KRI Nanggala 402 bertenaga diesel buatan Jerman telah beroperasi di Indonesia sejak 1981 dan membawa 49 awak kapal dan tiga penembak serta komandannya, kata Kementerian Pertahanan Indonesia.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV