Covid-19 Melonjak, PM Suga Umumkan Keadaan Darurat Tokyo, Osaka, Kyoto & Hyogo
Kompas dunia | 23 April 2021, 21:14 WIBTOKYO, KOMPAS.TV - Jepang kembali terapkan keadaan darurat menyusul lonjakan pandemi Covid-19 di beberapa Prefektur. Perdana Menteri (PM) Jepang Yoshihide Suga mengumumkan keadaan darurat pada di wilayah Prefektur Tokyo, Osaka, Kyoto dan Hyogo.
Dikutip dari Kyodo News, penerapan keadaan darurat ini untuk menahan lonjakan kasus Covid-19 selama liburan Golden Week. Penerapan keadaan darurat di empat Prefektur itu mulai diberlakukan pada Minggu (25/4/2021) hingga 11 Mei 2021.
Pembatasan aktivitas sosial yang lebih ketat diberlakukan seperti melarang restoran dan bar menyajikan alkohol. Termasuk meminta penutupan sementara fasilitas komersial mulai Minggu hingga 11 Mei 2021 mendatang.
Deklarasi darurat ini mencakup sekitar seperempat populasi Jepang dari 126 juta orang penduduk. Kebijakan ini dikeluarkan hanya dalam waktu tiga bulan sebelum Olimpiade Tokyo dimulai.
Gelaran acara besar yang melibatkan banyak pengunjung atau penonton akan dilarang seperti pertandingan bisbol dan sepak bola. Sementara itu operator kereta api dan bus akan diminta untuk mengakhiri jam operasi lebih awal pada malam hari, dengan pengurangan layanan pada akhir pekan dan hari libur.
Tempat makan akan diminta tutup pada jam 8 malam, sementara mereka yang menyajikan alkohol atau menawarkan layanan karaoke akan diminta untuk tutup seluruhnya. Pemerintah menerapkan denda hingga 300.000 yen (USD2.800) bagi pengusaha bisnis makanan dan hiburan malam yang melanggar.
Fasilitas komersial utama termasuk department store, pusat perbelanjaan, bioskop, dan taman hiburan juga akan ditutup, kecuali bagian yang menjual kebutuhan sehari-hari. Sekolah akan tetap buka, meskipun universitas diminta untuk mengadakan kelas online.
Gubernur Tokyo Yuriko Koike dalam keterangan persnya mengatakan, ia akan meminta kantor-kantor bisnis mematikan lampu mereka setelah jam 8 malam.
Seorang ahli penyakit menular yang memimpin subkomite pemerintah untuk tanggapan virus corona mengatakan, keadaan darurat ini dapat diperpanjang jika situasinya tidak membaik secara memadai.
Sebelumnya, keadaan darurat semu sudah berlaku di kota-kota besar seperti Tokyo, Osaka dan Kyoto serta di Hyogo dan enam prefektur lainnya. Seperti batas waktu operasional hingga jam 8 malam untuk restoran dan bar. Termasuk membatasi kehadiran pengunjung.
Dari penghitungan infeksi baru Covid-19 secara nasional telah melebihi angka 5.000 kasus berturut-turut pada Jumat (23/4/2021). Osaka, mengalami wabah terburuk di negara itu. Terdapat lebih dari 1.000 kasus per harinya. Sementara Tokyo meningkat hingga 759 kasus dan Hyogo mencatat rekor 567 kasus perharinya.
Pakar kesehatan Jepang sebelumnya telah memperingatkan penyebaran varian Covid-19 yang sangat menular. Terutama jenis yang pertama kali terdeteksi di Inggris.
Panel Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja dan Kesejahteraan Jepang memperkirakan varian baru itu menyumbang sekitar 80 persen dari semua kasus di Osaka, Hyogo dan Tokyo.
Yasutoshi Nishimura, Menteri yang bertanggung jawab atas tanggapan Covid-19 mengatakan, Pemerintah telah meminta orang-orang untuk tinggal di rumah dan menahan diri dari acara yang tidak penting selama keadaan darurat.
Di sisi lain, ketegangan meningkat di rumah sakit. Prefektur Osaka dilaporkan tidak lagi memiliki tempat tidur rumah sakit untuk pasien Covid-19 yang sakit parah pada Kamis (22/3/2021).
Banyak kalangan menilai, Jepang tertinggal dari negara lain dalam peluncuran vaksin Covid-19. Dengan hanya sekitar 1 persen dari populasinya yang menerima setidaknya satu dosis dari dua suntikan Pfizer Inc.
Olimpiade & Paralimpiade Tokyo Tetap Akan Berlangsung
Penerapan keadaan darurat di 4 Prefektur tidak akan menghentikan rencana gelaran Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo. PM Suga memastikan deklarasi darurat untuk kali ketiga negara itu di masa kepemimpinannya tidak akan memengaruhi pementasan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo.
Ia menegaskan Pemerintah akan melanjutkan upaya untuk memastikan mereka para atlet aman dan terjamin.
Namun demikian, skeptisisme publik tetap tinggi. Sebanyak 39,2 persen responden dalam jajak pendapat Kyodo News bulan ini mengatakan, Olimpiade harus dibatalkan.
Sementara itu sebanyak 32,8 persen responden mengatakan, penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo harus dijadwalkan ulang. (Andy Lala)
Penulis : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV