Jutaan Warga Myanmar Mengungsi, Kelaparan Mengintai
Kompas dunia | 23 April 2021, 13:33 WIBYANGON, KOMPAS.TV - Tindakan brutal aparat junta militer Myanmar pascakudeta 1 Februari 2021 telah membuat hampir seperempat juta rakyat negara itu mengungsi. Kelaparan juga mengancam bila tidak ada solusi atas situasi krisis di Myanmar saat ini.
Pelapor Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa di Myanmar, Tom Andrews, dilansir dari Kompas.id (23/4/2021) menyatakan bahwa warga Myanmar terpaksa meninggalkan rumah dan harta benda yang dimilikinya karena aparat keamanan melancarkan serangan ke permukiman warga.
”Ngeri mengetahui bahwa... serangan-serangan junta telah memaksa hampir seperempat juta warga Myanmar mengungsi, menurut berbagai sumber,” cuit Andrews di Twitter, Rabu (21/4/2021).
Sejak kelompok etnis mulai menyatakan dukungan pada perjuangan aktivis prodemokrasi, yang menuntut dikembalikannya pemerintahan sipil oleh junta militer pimpinan Jenderal Min Aung Hlaing, serangan terhadap permukiman kelompok-kelompok etnis semakin sering.
Lebih dari 2.000 warga etnis Karen telah melintasi perbatasan Myanmar dan menyeberang ke Thailand. Sementara ribuan lainnya telantar di dalam negeri, mencari lokasi-lokasi yang dianggap aman untuk sementara waktu hingga situasi aman.
Baca Juga: Sudah 300 Lebih Tewas dalam Demo Kudeta Myanmar
”Mereka semua bersembunyi di hutan dekat desa mereka,” kata Padoh Mann Mann, juru bicara Brigade Lima Persatuan Nasional Karen, kelompok pemberontak yang aktif di daerah pegunungan perbatasan timur Myanmar.
Sementara itu, Free Burma Rangers, sebuah kelompok bantuan Kristen, memperkirakan sedikitnya 24.000 orang mengungsi di Negara Bagian Karen di tengah serangan mortir darat dan serangan udara pada awal bulan ini. Walau serangan udara berhenti, kini aparat mengintensifkan serangan darat.
Direktur Free Burma Rangers David Eubank mengatakan bahwa sebagian pengungsi adalah petani padi.
Kondisi ini dikhawatirkan akan berdampak pada pasokan bahan pangan Myanmar dalam beberapa bulan ke depan jika mereka tidak bisa kembali ke rumah dan menggarap lahan pertaniannya.
”Anda melihat masalah enam bulan tidak ada makanan,” katanya.
Eubank menambahkan, serangan udara setiap hari di Negara Bagian Kachin, Myanmar utara, telah memaksa sekitar 5.000 orang mengungsi. Penduduk setempat yang menampung pengungsi di beberapa negara bagian juga menyatakan kekhawatiran kekurangan pasokan makanan yang akan datang.
”Kami menampung sekitar 1.000 orang dari 27 desa. Saat ini kami mengalami kesulitan dengan penyimpanan makanan,” kata Brang Shawng, pemimpin dari sebuah kamp di Negara Bagian Kachin.
Program Pangan Dunia PBB (WFP) untuk Myanmar menyatakan, harga beras dan minyak goreng mengalami kenaikan masing-masing sebesar lima persen dan 18 persen sejak akhir Februari lalu. WFP juga menemukan banyak keluarga di ibu kota negara dan pusat ekonomi mulai melewati jam makan tertentu, mengurangi asupan mereka, dan mulai berhutang.
”Semakin banyak orang miskin kehilangan pekerjaan dan tidak mampu membeli makanan,” kata Stephen Anderson, Direktur WFP Myanmar, dalam pernyataan tertulis, dikutip dari Kompas.id.
Baca Juga: Jutaan Rakyat Myanmar Terancam Kelaparan di Tengah Krisis yang Makin Parah
Penulis : Fransisca Natalia Editor : Iman-Firdaus
Sumber : Kompas TV