Dibuang di Hutan di Musim Dingin, Pengungsi Afghanistan di Serbia Menangkan Kompensasi Rp 17 Juta
Kompas dunia | 19 April 2021, 09:05 WIBBELGRADE, KOMPAS.TV – Hamid Ahmadi masih bisa merasakan bekunya malam musim dingin di bulan Februari empat tahun lalu saat polisi Serbia membuang dirinya bersama sekitar dua lusin pengungsi di sebuah hutan.
Saat itu, berdesakan dalam mobil van polisi, para pengungsi asal Afghanistan mengira mereka tengah dibawa menuju sebuah kamp pencari suaka di timur Serbia. Tapi, alih-alih diturunkan di kamp, mereka malah diturunkan di pinggir hutan di area perbatasan Serbia dengan Bulgaria. Di suhu teramat dingin di bawah titik beku malam itu, Ahmadi dan sesama pengungsi lain tak punya pilihan lain selain melangkahkan kaki menembus hutan menuju Bulgaria, negara yang sehari sebelumnya baru mereka tinggalkan dalam perjalanan mencari suaka menuju Eropa Barat.
Ditinggalkan di Pinggir Hutan
“Saya tak akan pernah melupakan malam itu sepanjang hidup saya,” kenang Ahmadi, yang ketika itu masih berusia 17 tahun dan kini tinggal di Jerman. “Bahkan setelah melewati masa kehidupan yang baik dan stabil, saya tak bisa melupakan masa-masa sulit penuh perjuangan itu.”
Semua bermula pada 2 Februari 2017. Saat itu, 25 imigran, termasuk 9 anak-anak, tertangkap polisi di perbatasan Serbia-Bulgaria. Selama berjam-jam, mereka dikurung dalam sebuah ruangan bawah tanah, lalu digiring menghadap seorang hakim untuk menghadapi dakwaan menyeberang perbatasan secara ilegal. Sang hakim memutuskan bahwa kelompok Ahmadi harus diperlakukan sebagai pengungsi dan dibawa ke pusat suaka.
Baca Juga: Imigran Hadapi Risiko Mematikan Musim Dingin, Uni Eropa Desak Bosnia Segera Ambil Tindakan
Ahmadi masih ingat betul saat sang hakim bertanya apakah mereka ingin tinggal di Serbia. Ahmadi menjawab bahwa dirinya senang mereka akhirnya bisa menemukan tempat berlindung setelah berjalan kaki melintasi Turki dan Bulgaria.
Berjam-jam kemudian, dalam mobil van polisi yang seharusnya membawa mereka ke kamp, Ahmadi menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Saat polisi meninggalkan mereka di hutan, “Saya merasa hancur,” kenangnya seperti dikutip dari The Associated Press, Minggu (18/4/2021). “Saya teringat keluarga saya di Afghanistan.”
Di tengah kegelapan hutan dan suhu yang teramat dingin, para pengungsi pun terpaksa berjalan kaki menuju Bulgaria. Saat berada di tangan polisi perbatasan Bulgaria, mereka berhasil menelepon seorang penerjemah di Serbia, yang segera mengontak para aktivis HAM pengungsi baik di Serbia maupun Bulgaria.
Gugatan Berbuah Kemenangan
Para pengungsi tinggal di sejumlah kamp di Bulgaria selama beberapa hari sebelum kembali ke Serbia lagi untuk menuju Eropa Barat. Para pengacara HAM kemudian mengumpulkan berkas yang tertinggal di pengadilan Serbia dan otoritas Bulgaria untuk merumuskan gugatan ke pengadilan.
Baca Juga: Detik-Detik Penyelundup Jatuhkan 2 Anak Lewati Perbatasan Amerika Serikat
Saat itu, polisi perbatasan Serbia telah melakukan pengusiran kolektif terhadap para pengungsi. Praktek yang melanggar hukum Uni Eropa dan internasional ini biasanya tak menuai dampak hukum lantaran sulit dibuktikan. Namun, yang terjadi pada kasus kelompok Ahmadi dan sesama pengungsi lainnya, berbeda.
Pada Desember tahun lalu, Pengadilan Konstitusional Serbia memutuskan bahwa para petugas perbatasan Serbia telah mendeportasi para pengungsi secara tidak sah dan melanggar hak-hak mereka. Pengadilan juga memerintahkan otoritas Serbia untuk membayar 17 anggota kelompok pengungsi yang telah menggugat, masing-masing sebesar 1.000 Euro atau setara dengan Rp 17,3 juta sebagai kompensasi.
“Putusan ini sangat penting bagi Serbia,” kata Nikola Kovacevic, pengacara Serbia yang mewakili para pengungsi Afghanistan. Putusan itu, katanya, “mengirimkan pesan jelas ke otoritas negara untuk mengharmoniskan praktek perbatasan mereka dengan hukum dalam negeri dan internasional.”
Pengusiran Kolektif yang Melanggar Hukum
Para pengungsi yang melarikan diri dari perang dan kemiskinan di negara asal menghabiskan berbulan-bulan hingga bertahun-tahun di jalan, dan rentan terpapar kondisi alam yang keras dan bahaya yang mengancam dari para penyelundup manusia dan aktivitas perdagangan manusia. Kerap, para pengungsi dan imigran dikirimkan kembali melintasi dua hingga tiga perbatasan negara yang telah mereka lalui setelah berjalan kaki selama berbulan-bulan.
Menurut data badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa, UNHCR, sebanyak 25.180 orang telah diusir atau dikembalikan paksa ke Serbia dari Kroasia, Bosnia, Hungaria dan Rumania tahun lalu.
Baca Juga: Joe Biden Batalkan Perintah Nasional untuk Pendanaan Tembok Perbatasan Donald Trump
Kovacevic kini masih berupaya mengontak seluruh pengungsi Afghanistan yang diwakilinya. Mereka telah terpencar ke berbagai negara termasuk Prancis dan Bosnia. Lockdown akibat pandemi Covid-19 makin menyulitkannya mengontak dan mengirimkan uang kompensasi yang telah mereka menangkan.
“Prosesnya butuh waktu sedikit lebih lama, tapi kita akan selesaikan,” kata Kovacevic tersenyum.
Ahmadi, yang beroleh suaka di Jerman 5 bulan lalu, berencana menggunakan uang kompensasi itu untuk memulai hidup baru bersama istrinya di Eropa. Ia kini tengah mengambil kursus bahasa Jerman untuk mencari kerja.
“Kompensasi ini berarti banyak buat saya,” katanya bahagia. “Saya bisa membeli tempat tidur dan sesuatu untuk mengisi flat yang akan kami sewa.”
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV