Pasukan Junta Militer Myanmar Gunakan Granat dan Persenjataan Berat, Lebih dari 80 Orang Tewas
Kompas dunia | 11 April 2021, 15:16 WIBYANGON, KOMPAS.TV - Kekejaman pasukan junta militer Myanmar terus berlanjut dengan menggunakan granat dan persenjataan berat saat menghadapi pengunjuk rasa.
Dilaporkan, lebih dari 80 orang tewas saat aksi unjuk rasa di Bago, dekat Yangon, Jumat (9/4/2021).
Menurut saksi, para tentara dan polisi menembaki semua yang bergerak.
Baca Juga: Restoran Langgar Aturan Covid-19, Manajer Ditangkap dan Lebih dari 110 Pelanggan Didenda
Pasukan junta militer dilaporkan telah mengambil jasad dari orang yang terbunuh, sehingga jumlah pasti berapa banyak yang tewas tak pernah bisa akurat.
Namun, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), angka kematian sebenarnya lebih tinggi dari yang terdata.
Menurut penyelenggara protes Ye Htut kepada Myanmar Now seperti dikutip dari BBC, pasukan junta militer tak memandang bulu dalam menghabisi demonstran.
Baca Juga: Jurnalis Kriminal Veteran Yunani Ditembak Mati, Eropa Mengecam
“Ini seperti genosida. Mereka menembaki ke semua bayangan yang bergerak,” ujarnya.
Para warga pun melarikan diri ke desa-desa terpencil untuk menyelamatkan dirinya dari kebrutalan pasukan junta Myanmar.
Baca Juga: Abu Gunung La Soufriere Selimuti Pulau Saint Vincent, Warga Mengungsi Dan Penerbangan Dibatalkan
Demonstrasi terus terjadi di seluruh Myanmar sejak junta militer melakukan kudeta pada 1 Februari dan menyatakan negara dalam keadaan darurat selama setahun.
Warga Myanmar tak mau kekejaman junta militer kembali terulang sebelum pemerintah sipil mengambil alih pemerintahan sejak 2015.
Terbukti sejak kudeta dilakukan dilaporkan sebanyak lebih dari 600 orang telah tewas terbunuh.
Baca Juga: Kesalahan Teknis, Universitas Kirim Surat Penerimaan ke 500.000 Calon Mahasiswanya
Anggota Parlemen yang digulingkan dan duta besar PBB untuk Myanmat pada Jumat telah meminta Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan terhadap junta militer.
Termasuk memperpanjang sanksi dan memberlakukan embargo senjata dan zona larangan terbang.
Pertemuan PBB juga memperingatkan bahwa Myanmar tengah berada diambang mengalami kegagalan sebagai negara.
Pihak junta Myanmar sendiri menegaskan bahwa apa yang saat ini terjadi di Myanmar merupakan kesalahan dari para pengunjuk rasa sendiri.
Baca Juga: Kota di Negara Ini Ternyata Memiliki Waktu Puasa Ramadhan Terpanjang
Juru bicara junta militer, Zaw Min Tun, mengungkapkan pihak tentara dan kepolisian bertindak keras karena para pengunjuk rasa memblokade para pegawai negeri untuk bekerja.
Selain itu, Min Tun menegaskan para pengunjuk rasa tersebut memancing pihaknya dengan provokasi.
“Demonstran melemparkan batu dan ketapel pada awalnya, namun mereka kemudian memblokade dengan kantong pasir, menembakakkan tembakan buatan sendiri, melemparkan api, bom Molotov,” ujarnya dikutip dari CNN.
Baca Juga: Pangeran Harry Dikabarkan Akan Datang Tanpa Meghan Markle di Pemakaman Pangeran Philip
“Hal itu membuat pihak keamanan harus menggunakan senjata untuk mengahadapi para pengunjuk rasa,” tambah Min Tun.
Ia juga menegaskan bahwa tindakan yang dilakukan pasukan junta militer adalah menggunakan kekuatan minimum.
“Akan ada kematian saat mereka membubarkan kerusuhan, tetapi mereka tak menembak begitu saja tanpa disiplin,” katanya.
Penulis : Haryo Jati Editor : Purwanto
Sumber : Kompas TV