Kisah Cinta Penuh Drama Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip
Kompas dunia | 9 April 2021, 23:51 WIBLONDON, KOMPAS.TV - Ratu Elizabeth II, yang sudah menjadi ratu terlama di Inggris, melewati tonggak sejarah baru pada tahun 2017 ketika ia dan Pangeran Philip menjadi pasangan menikah terlama di keluarga kerajaan negara itu.
Seperti dilansir dari New York Times, Jumat (9/4/2021), di mana dan kapan mereka pertama kali bertemu tetap menjadi misteri. Pangeran Philip pernah diundang untuk makan di kapal pesiar kerajaan ketika Elizabeth berusia 13 atau 14 tahun.
Pangeran Philip juga diundang untuk mampir menginap di Kastil Windsor sekitar waktu itu ketika sedang cuti dari Angkatan Laut, dan ada laporan bahwa dia mengunjungi keluarga kerajaan di Balmoral, sebuah pedesaan di Skotlandia.
Setelah akhir pekan itu, Puteri Elizabeth, saat itu, memberi tahu ayahnya, Raja George VI, "Perwira angkatan laut itu adalah satu-satunya lelaki yang dapat saya cintai."
Ayahnya, Raja George VI dengan bijak pada awalnya memperingatkan Puteri Elizabeth untuk bersabar.
Baca Juga: Hari-Hari Terakhir Pangeran Philip: Dirawat di RS saat Wawancara Meghan-Harry dengan Oprah Mencuat
Saat melakukan kunjungan kerajaan ke Afrika Selatan, Elizabeth syahdan saling menulis surat cinta dengan Philip bahkan sampai tiga kali seminggu.
Pada saat Elizabeth kembali ke Inggris, Pangeran Philip dari Yunani dan Denmark melepaskan gelar asalnya dan menjadi Letnan Philip Mountbatten, seorang warga negara Inggris.
Pertunangan antara keduanya itu diumumkan pada 10 Juli 1947. Tahun itu, pada malam pernikahan, Letnan Mountbatten diangkat menjadi Adipati Edinburgh bergelar Duke, Earl of Merioneth, Baron dari Greenwich, dan diberi gelar Yang Mulia.
Pangeran Philip saat itu berusia 26 tahun, menikahi putri mahkota muda, Elizabeth, yang berusia 21 tahun, pada 20 November 1947. Dalam sebuah upacara kerajaan lengkap dengan kereta kuda kerajaan, rakyat Inggris memenuhi jalanan seantero London di rute antara Istana Buckingham dan Westminster Abbey, memuja yang pasangan baru kerajaan Inggris.
Kelahiran anak pertama mereka, Charles Philip Arthur George, pada 14 November 1948 di Istana Buckingham, diikuti oleh Putri Anne, lahir tahun 1950, kemudian Pangeran Andrew yang lahir tahun 1960, setelah Elizabeth menjadi ratu; dan Pangeran Edward, pada tahun 1964.
Baca Juga: Kisah Jatuh Bangun Kehidupan Pangeran Philip Mendampingi Ratu Inggris Elizabeth II
Selain meninggalkan Ratu dan anak-anaknya, Pangeran Philip meninggalkan delapan cucu dan delapan cicit.
Melihat ke belakang, tulis Washington Post, Jumat (9/4/2021), kisah cinta mereka sungguh penuh nuansa kerajaan, namun kerap tidak masuk imajinasi siapapun yang membayangkan pernikahan seorang ratu dan pangeran.
Elizabeth adalah putri Raja Inggris George VI, sementara Philip hanyalah keponakan dari raja Yunani yang digulingkan.
Keluarga Elizabeth memiliki kastil yang megah, sementara keluarga Philip tinggal di pengasingan. Ayah Elizabeth membantu Inggris melawan Jerman dalam Perang Dunia II, sementara sepupu perempuan Philip memiliki koneksi dengan partai Nazi.
Tetapi ketika mereka berjalan keluar dari Westminster Abbey pada tahun 1947 sebagai suami dan istri, Putri Elizabeth II dan Pangeran Philip, mereka memulai kisah cinta yang akan tercatat berabad-abad.
Baca Juga: Ratu Elizabeth Akhirnya Tanggapi Pengakuan Meghan Markle tentang Keluarga Kerajaan
Meskipun acara Netflix populer "The Crown", menggambarkan Pangeran Philip tidak bahagia di masa-masa awal itu, kenyataannya adalah Pangeran Philip mengambil peran yang juara untuk istrinya.
Menurut buku penulis biografi kerajaan Ingrid Seward tahun 2018 tentang pernikahan mereka, Pangeran Philip menjadi ibu dan ayah sekaligus bagi anak-anak mereka, sehingga membuat Ratu Elizabeth II mampu menjalankan posisinya.
"Bahkan setelah tujuh dekade," tulis Seward. "Wajah Ratu bersinar dan berbinar ketika melihat Philip di dalam ruangan."
Pertama Kali Bertemu pada Tahun 1939
Elizabeth berusia 13 tahun, puteri raja yang sopan dan santun. Sementara Philip saat itu berusia 18 tahun dan bengal, seorang kadet yang gagah di Akademi Angkatan Laut Inggris, Britannia Royal Naval College.
Saat itu Eropa tinggal beberapa bulan lagi sebelum disantap oleh kejamnya Perang Dunia II.
Baca Juga: Ucapan Duka Cita Wafatnya Pangeran Philip dari Pemimpin Dunia
Margaret Rhodes, sepupu ratu, menulis dalam otobiografinya tahun 2011, "The Final Courtesy," bahwa "Elizabeth benar-benar jatuh cinta sejak pandangan pertama."
Selama perang, keduanya bertukar surat. Philip bertugas di Angkatan Laut Kerajaan saat Elizabeth diungsikan dari istana satu ke istana lain ketika Inggris sedang dibom Jerman. Elizabeth akhirnya menetap dengan adik perempuannya, Margaret, di Kastil Windsor.
Marion Crawford yang menjabat sebagai pengasuh mereka, dalam memoar 'The Little Princesses' menulis, Elizabeth terpesona dengan mata biru Philip yang menawan dan ketampanan Viking Philip yang memabukkan laksana candu.
Tapi pasangan yang kasmaran itu menunggu sampai perang usai untuk bertunangan.
Ketika kerumunan orang merayakan pernikahan mereka di Westminster Abbey pada tahun 1947, tak satu pun dari mereka menyangka Elizabeth akan dinobatkan sebagai ratu dalam waktu dekat.
Ayahnya, Raja George VI, saat mereka menikah masih berusia awal 50-an. Philip, yang diberi gelar Duke of Edinburgh, bermaksud melanjutkan kariernya di angkatan laut setelah menikah. Tetapi raja meninggal lima tahun setelah pernikahan mereka, dan Elizabeth menjadi ratu pada usia 25 tahun.
Baca Juga: Pangeran Philip Meninggal di Usia 99 Tahun
Philip terpaksa berhenti dari karier angkatan lautnya. Pada tahun 1992, dia mengatakan dalam sebuah wawancara, "Saya lebih suka tetap di angkatan laut, terus terang saja."
Dia kemudian menyebut pengunduran dirinya dari angkatan laut sebagai hal yang secara alami mengecewakan.
Banyak laporan yang menyebut ketegangan di pernikahan Elizabeth dan Philip. Tetapi Philip dan Elizabeth bertahan, sambil berkeliling dunia bersama, memiliki empat anak, delapan cucu dan 10 cicit.
Menurut Tatler, yang mencatat kehidupan bangsawan Inggris, Philip kerap menggoda Ratu Elizabeth secara pribadi, memanggilnya "Lilibet" dan "Sosis." atau terkadang hanya "Sayang".
Di awal pernikahan mereka, Philip sering mengambil peran sebagai ibu rumah tangga sementara istrinya menghadiri acara resmi.
Philip menggantungkan lukisan di dinding dan memindahkan kursi di salah satu flat yang mereka tinggali. Philip menyukai gadget, pernah membeli mixer listrik untuk Elizabeth.
Philip bahkan membelikan Elizabeth hadiah yang telah diberikan oleh banyak suami selama bertahun-tahun kepada istri mereka, mesin cuci.
"Philip adalah ibu rumah tangga yang rajin," tulis Eade.
Baca Juga: Pangeran Philip Meninggal Dunia, Klub-Klub Liga Inggris Ucapkan Bela Sungkawa
Tapi dia juga orang yang frustasi. Philip tidak menyukai formalitas. Dia lebih suka membawa tasnya sendiri, membuat martini sendiri, dan berbicara sendiri dengan orang lain - bukan melalui memo atau kurir.
Sementara dia merindukan karier militer lamanya kembali, para pengamat kerajaan menulis, Philip akhirnya menikmati perannya sebagai sahabat karib Elizabeth.
Jika pernikahan adalah saling memberi dan menerima antara suami dan istri, demikian juga antara Ratu Elizabeth dan Pangeran Philip.
Pekerjaan sebagai Ratu menuntut dia menjadi seorang tradisionalis yang kaku. Tetapi Philip jelas bukan seorang tradisionalis dalam memenuhi tugas kerajaannya.
Dia menolak, tulis Eade, pidatonya ditulis oleh pejabat humas istana. Sebaliknya, ia menulis sendiri atau berbicara tanpa teks, seringkali mengarah ke kesalahan ucap.
Philip juga masih bersikeras untuk hang out dengan teman-teman lamanya di klub, yang menyebabkan rumor perselingkuhan terus-menerus.
Tapi pernikahan yang terkesan musykil itu bertahan dari perilaku Philip yang sengat mencintai kebebasan dan spontanitas. Maklum, Philip adalah mantan tentara profesional.
Salah satu foto terakhir mereka bersama adalah pada hari jadi mereka yang ke-73 tahun lalu.
Mereka duduk bersama. Elizabeth, dengan gaun ungu muda yang cantik. Philip dalam setelan jas. Mereka melihat kartu ulang tahun buatan tangan yang diterimanya dari cucu mereka. Mereka tersenyum - Seorang Ratu bersama seorang pangeran, seorang suami bersama istrinya.
Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan
Sumber : Kompas TV