Empat Tahun Berturut-turut jadi Negara Paling Bahagia di Dunia, Apa Rahasia Finlandia?
Kompas dunia | 6 April 2021, 17:17 WIBHELSINKI, KOMPAS.TV – Menjadi negara paling bahagia di dunia selama empat tahun terakhir, menjadi bukti tak perlu diragukannya lagi kualitas hidup masyarakat Finlandia.
Dari pengakuan beberapa warga negara Indonesia yang tinggal di negara Skandinavia tersebut, ada beberapa rahasia di balik kehidupan yang nyaman di sana.
Melansir dari Kompas.com, berikut rahasia hidup Bahagia ala orang Finlandia.
Baca Juga: Finlandia Negara Paling Bahagia di Dunia Dipimpin Perdana Menteri Perempuan 35 Tahun
1. Tidak Kepo Urusan Orang Lain
Orang Finlandia terkenal sangat tertutup dan jarang sekali ikut campur atau ingin tahu urusan orang lain.
“Orang Finlandia secara umum dikenal cukup tertutup dan tidak pandai berbasa-basi," ungkap Ajimufti Azhari (30), WNI asal Bogor yang tinggal di Helsinki, ibu kota negara tersebut.
Bagi orang Finlandia bergosip bukan merupakan hal yang lumrah, jika merasa penasaran maka mereka akan bertanya langsung.
Aji yang sudah 8 tahun tinggal di Finlandia juga menjelaskan, dalam kehidupan bersosial penduduk setempat rata-rata sangat teratur dan terjadwal.
Baca Juga: Belajar dari Finlandia Soal Penanganan Pandemi Covid-19
2. Tulus dan Siap Membantu
Akan tetapi di balik raut cueknya, ternyata tersimpan hati yang tulus dan setia dalam diri orang Finlandia.
Pengalaman ini diungkap Evita Wishnuwardani Haapavaara (55), yang sudah menetap di Finlandia, yakni sejak 1994.
"Orang Finlandia walau sangat pemalu dan kelihatan dingin, mereka sangat baik hatinya, tulus, dan bersedia siap membantu," ujar konsultan BtoB dan pendiri LSM Nusantara.ry tersebut.
Baca Juga: Finlandia Tetap Jadi Negara Paling Bahagia Meski di Tengah Pandemi
3. Menjaga Kejujuran
Dari sikap tulus tadi, menumbuhkan mutual trust antara satu sama lain, sehingga jangan coba-coba untuk berbohong dengan orang Finlandia.
Desiree Luhulima (64), WNI yang mengajar bahasa Indonesia untuk anak-anak di sana mengungkapkan, kejujuran tinggi sudah dipupuk sejak orang Finlandia masih kecil.
"Di sini kendali pendidikan dipegang siswa, bukan guru. Murid mengevaluasi dirinya sendiri. Akhirnya dengan sendirinya tingkat kejujurannya makin lama makin tinggi," ucap wanita keturunan Maluku yang sudah menetap di Finlandia sejak 1997 tersebut.
Baca Juga: Indahnya Midnight Sun, Fenomena Matahari Muncul Tengah Malam.di Finlandia
4. Hidup Berdampingan dengan Alam
Lebih lanjut Desiree mengungkapkan, kunci kebahagiaan lainnya dari masyarakat negara Skandinavia ini adalah dekat dengan alam.
Dengan hidup berdampingan dengan alam, kehidupan oaring Finlandia pun tergolong cukup sederhana.
“Karena sederhana mereka tidak berlomba-lomba dengan kehidupan. Kalaupun mereka berkejaran itu dengan dirinya sendiri, bukan orang lai," kata Desiree.
Di Finlandia, imbuhnya, akan sangat mudah untuk menemukan danau, hutan, pantai, maupun taman kota.
Akses menuju berbagai destinasi alam tersebut pun cukup mudah untuk dijangkau dari daerah metropolitan di Finlandia.
Baca Juga: Cerita WNI Puasa di Finlandia Lebih dari 20 Jam
5. Berpresepsi Positif
Karakter orang Finlandia yang cenderung tertutup, tidak kepo, jujur dan setia pada akhirnya menghasilkan persepsi positif terhadap warga negara asing (WNA) khususnya dari Asia.
Aji, Evita, dan Desiree sama-sama tidak merasakan stigma negatif apa pun selama berada di Finlandia.
"Persepsi orang Finlandia secara umum untuk WNA Asia (Timur dan Tenggara) sepemahaman saya cukup positif," kata Aji.
Kemudian Evita bercerita, persepsi warga Finlandia terhadap orang Asia dan Indonesia sangat netral, biasa-biasa saja.
Baca Juga: Seperti Ini Suasana Puasa Ramadhan di Finlandia Saat Wabah Corona
"Finlandia sangat menghargai siapa pun yang punya potensi, dan kita dengan mudah juga di sini mencari pekerjaan, teman atau Pendidikan," kata Evita.
Begitu pun dengan Desiree, wanita yang lahir di Belanda dan sejak SD hidup di Indonesia ini tidak merasakan persepsi negatif apa pun di Finlandia.
"Saya bekerja di universitas waktu dulu, saya tidak merasakan adanya itu, tekanan, atau ketidaksukaan, atau rasis," pungkasnya.
Penulis : Aryo Sumbogo Editor : Eddward-S-Kennedy
Sumber : Kompas TV