China Tuding Balik, Amerika Serikatlah Yang Militerisasi Laut China Selatan
Kompas dunia | 27 Maret 2021, 02:05 WIBBEIJING, KOMPAS.TV - Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying pada Kamis (25/03/2021) menampik tudingan Amerika Serikat tentang militerisasi Laut China Selatan dan perusakan sistem internasional.
Menanggapi pidato Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di kantor pusat Pakta Pertahanan Atlantik Utara (North Atlantic Treaty Organization/NATO) di Brussel pada Rabu (24/03/2021), Hua mengatakan dalam konferensi pers di Beijing, label "militerisasi Laut China Selatan" seharusnya tidak pernah disematkan kepada China.
China bukan negara pertama yang membangun atau mengerahkan persenjataan yang diperlukan di Laut China Selatan, serta bukan negara yang mengerahkan persenjataan paling banyak.
AS tidak dapat menggunakan apa yang disebutnya sebagai militerisasi untuk merampas hak China mempertahankan wilayahnya sendiri, tutur Hua.
Lebih lanjut Hua mengatakan justru AS yang sebenarnya memiliterisasi kawasan tersebut dan mengancam kebebasan navigasi.
Baca Juga: Kapal Perang Prancis Merapat di Pelabuhan Vietnam, Indikasi Tantang China di Laut China Selatan
Dia menambahkan AS yang terletak 13.357 kilometer lebih jarknya dari Laut China Selatan, membangun beberapa pangkalan militer dengan senjata ofensif di sekitar kawasan tersebut, serta kerap mengirim kapal induk dan pesawat pengebom strategis sepanjang tahun.
Dalam pernyataannya, Blinken mengatakan China mengancam keamanan NATO, menyerukan pendekatan bersama untuk melawan China karena negara tersebut "berupaya merusak sistem internasional" serta nilai-nilai yang diterapkan AS dan para sekutunya.
"Hanya ada satu sistem di dunia ini, yakni sistem internasional dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai intinya. Dan hanya ada satu set peraturan, yakni norma-norma dasar hubungan internasional yang didasarkan pada prinsip-prinsip dalam Piagam PBB," tutur Hua.
Baca Juga: Joe Biden: China ingin jadi Pemimpin Dunia, tapi Hal Itu Tak Akan Terjadi
Menyinggung AS telah menarik diri dari sejumlah traktat dalam beberapa tahun terakhir, Hua mengatakan negara tersebut kini menggunakan sanksi sebagai senjata, serta menjatuhkan sanksi sepihak dan ilegal terhadap negara-negara berdaulat lainnya.
"Label 'perusak sistem internasional' itu adalah milik Amerika Serikat," ujar Hua.
"Kami berharap AS akan memahami dirinya sendiri dan pihak lain dengan benar, menanggalkan mentalitas menang dan kalah (zero-sum game) dan perang dingin, sungguh-sungguh belajar cara berurusan dengan negara lain berdasarkan prinsip kesetaraan dan sikap saling menghormati, serta kembali mengemban tanggung jawab penting sebagai kekuatan besar bagi perdamaian dan pembangunan dunia," papar Hua.
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV