Badan Obat-obatan Eropa: Manfaat Vaksin AstraZeneca Lebih Besar Ketimbang Risikonya
Kompas dunia | 17 Maret 2021, 01:39 WIBSang kepala EMA menambahkan, ribuan orang di seluruh Uni Eropa mengalami pembekuan darah setiap tahun karena berbagai alasan dan tidak ada laporan peningkatan insiden pembekuan ini dalam studi medis vaksin AstraZeneca. Namun tetap saja, para ahli akan melakukan analisa ketat dan membuat rekomendasi pada Kamis mendatang.
Baca Juga: Thailand Putuskan Vaksin AstraZeneca Aman, Perdana Menteri Prayut dan Pejabat Jalani Vaksinasi
Thailand menjadi negara pertama di luar Eropa yang menunda penggunaan vaksin AstraZeneca, tapi kemudian menarik keputusannya pada Selasa (16/3/2021) dengan memvaksin Perdana Menteri Prayuth Chan-o-cha.
“Ada orang-orang yang khawatir,” ujar Prayuth Chan-o-cha seusai divaksin. “Tapi kita harus yakin pada para dokter, yakin pada para profesional medis kita."
Sejumlah negara Asia lain juga memilih tak mengindahkan kekhawatiran ini. Namun, Indonesia yang berpenduduk lebih dari 250 juta jiwa, menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca pekan ini dan memilih menunggu laporan Badan Kesehatan Dunia WHO.
Selain EMA, AstraZeneca dan WHO juga menyatakan bahwa tidak ada bukti bahwa vaksin AstraZeneca meningkatkan risiko pembekuan darah. Terdapat 37 laporan tentang kasus pembekuan darah di antara lebih dari 17 juta warga yang telah menerima suntikan vaksin itu di seluruh Uni Eropa dan Inggris.
“Ini jauh lebih rendah daripada yang diharapkan terjadi secara alami pada populasi umum sebesar ini dan serupa dengan vaksin Covid-19 berlisensi lainnya,” kata perusahaan pembuat vaksin AstraZeneca.
Baca Juga: Antisipasi Pembekuan Darah, Irlandia Tangguhkan Sementara Penggunaan Vaksin AstraZeneca
Namun, sejumlah negara Uni Eropa yang semula berpegang pada vaksin AstraZeneca, tumbang berguguran setelah Jerman, Italia, Prancis dan Spanyol memutuskan menunda vaksin itu.
Kini hanya tinggal Belgia – dan sejumlah negara seperti Polandia, Rumania dan Yunani – yang yakin bahwa menghentikan vaksinasi justru akan menimbulkan bahaya yang lebih besar ketimbang efek samping yang ramai diperdebatkan.
“Jika Anda tahu bagaimana virus ini bekerja, akan sangat ceroboh untuk menghentikan vaksinasi,” ujar Menteri Kesehatan Belgia Frank Vandenbroucke pada Selasa (16/3/2021).
Para ahli mencatat bahwa kekhawatiran semacam ini tak terhindarkan dalam vaksinasi massal: dengan banyaknya orang yang divaksin, beberapa orang pasti akan jatuh sakit meskipun bukan karena vaksinnya. Ini berarti, kata Vandenbroucke, “Kita tidak boleh menginterupsi vaksinasi dalam bulan-bulan mendatang.”
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV