Demonstrasi Warnai Peringatan Setahun Kematian Breonna Taylor, Korban Penembakan Polisi
Kompas dunia | 14 Maret 2021, 08:00 WIBLOUISVILLE, KOMPAS.TV - Sejumlah orang berkumpul di Louisville untuk berdemonstrasi peringatan setahun kematian Breonna Taylor, Sabtu (13/4/2021).
Taylor merupakan paramedis berkulit hitam yang menjadi korban penembakan polisi hingga tewas ketika penggrebekan yang salah dilakukan di rumahnya, Maret tahun lalu.
Ketiga polisi yang terlibat dalam penembakan tersebut pun saat ini telah dipecat.
Baca Juga: Demonstran Serang Kendaraan yang Ditumpangi Presiden Argentina, Ini Alasannya
Meski begitu, pihak pengadilan memutuskan untuk tidak mendakwa mereka atas kematian Taylor.
Hal itu yang kemudian memantik kemarahan masyarakat dan berujung pada demonstrasi besar-besaran.
Jelang demonstrasi, Gubernur Kentucky, Andy Beshear memberikan pernyataan bahwa dirinya tak bisa mengerti kesedihan tak terbayangkan dari keluarga dan orang-orang terkasih Taylor.
Baca Juga: Wanita Indonesia Dibunuh Tetangganya di Malaysia, Alasannya Demi Tutupi Hutang Rp17 Juta
“Hari ini kami mengingat Breonna Taylor, kehilangannya yang tragis dan seharusnya tak terjadi, serta sebuah pekerjaan besar yang ada di hadapan kita,” ujarnya dikutip dari BBC.
Sementara itu petugas FBI Louiseville mengeluarkan pernyataan bahwa investigasi kematian Taylor menunjukkan peningkatan yang siginifikan, sejak dimulai Mei lalu.
Namun, mereka tak memberikan detail lebih lanjut mengenai perkembangan tersebut.
Baca Juga: Mongolia Terima Gelombang Pertama Vaksin Covid-19 Melalui Program COVAX
Kematian Taylor tak hanya menyedot perhatian warga lokal, tetapi juga keseluruh dunia.
Apalagi, kemudian polisi kembali melakukan pembunuhan terhadap pria berkulit hitam George Floyd di Minneapolis, selang dua bulan kemudian.
Seorang demonstran, Camile Bascus mengatakan dirinya berpergian sejauh 400 km dari Atlanta untuk menghadiri demonstrasi.
Baca Juga: Polisi Rusia Gerebek Forum Oposisi dan Tangkap 200 Orang, Dituduh Langgar Aturan Covid-19
“Ini sudah setahun, dan keadilan masih belum ditegakkan,” kata wanita berusia 50 tahun itu kepada AFP.
Dia mengatakan dirinya ingin mewakili masyarakat yang tak memiliki suara, karena menurutnya mereka tak lagi bernyawa.
“Kami memiliki suara dan kehidupan kami sangat penting,” ujar Bascus.
Penulis : Haryo-Jati
Sumber : Kompas TV