> >

Pria Tewas Ditembak Mantan Setelah Tolak Membayar Operasi Pembesaran Payudara

Kompas dunia | 11 Maret 2021, 10:33 WIB
Ilustrasi: tembakan pistol. (Sumber: Kompas.com)

BRASILIA, KOMPAS.TV - Paulo Roberto Moraes Teixeira Junior didor mantan pacarnya tepat di kepala setelah menolak membayar operasi membesarkan payudara.

Sang mantan, Cristina D'Avila Teixeira Rodrigues kini mendekam di sel tahanan Brasil setelah menyerahkan diri secara sukarela pada Senin (08/03/2021).

Pihak kepolisian menjelaskan Cristina menembak Moraes Teixeira di bagian belakang kepala menggunakan pistol kaliber .380. Dilarikan ke rumah sakit, nyawa Moraes tak tertolong dan dinyatakan tewas pada 7 Maret 2021 kemarin.

Baca Juga: Kelewatan! Di Lampung, Ada Suami Tembak Istri di Rumah Mertua karena Tak Mau Dicerai

Seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (10/03/2021) pembunuhan tersebut berkaitan dengan operasi pembesaran payudara. Kakak Moraes, Rodrigo mengungkap Cristina meminta operasi penanaman implan silikonnya dibayari.

"Totalnya mencapai 1.300 paun (Rp 25,9 juta). Dia (Moraes) sudah memberikan pekerjaan, mobil, uang," ungkap Rodrigo.

Pemangkasan biaya akibat pandemi membuat Moraes tak memenuhi permintaan sang pacar. Bertengkar hebat di malam harinya, saat itu juga Cristina membunuh pacarnya.

Baca Juga: Sakit Hati, Laki-Laki di Tangerang Lempar Molotov ke Rumah Mantan

Saudara lain Moraes, Roberta mengatakan mereka sudah berhubungan selama 1,5 tahun dan menilai Cristina sebagai sosok yang egois.

"Saudara saya (Moraes) menemukan sesuatu yang serius pada Cristina sehingga mereka putus," ujarnya. Dengan dalih ingin berbincang, Cristina menuju rumah Moraes hingga dia ditembak mati.

Cristina yang segera keluar rumah setelah membunuh langsung menceritakan perbuatan tersebut kepada ibunya. Ibu Cristina lantas memberi tahu keluarga korban.

Baca Juga: Pelaku Begal Payudara di Kawasan Perumahan Elit Surabaya Keliling Cari Mangsa yang Sedang Olahraga

Media Brasil Diario Manauara mengabarkan dibawa kuasa hukumnya, Cristina menuju divisi Kepolisian Spesialis Pembunuhan dan Penculikan (DEHS). Marilla Campello, Wakil Ketua DEHS, menjelaskan Cristina berkilah hal tersebut sebagai kecelakaan meski mengakui perbuatannya.

"Karena takut hidupnya terancam, Cristina berkata mengambil pistol di kamar untuk membela diri," jelas Campello.

Penulis : Danang-Suryo

Sumber : Kompas TV


TERBARU