Setelah Diprotes, Museum di Israel Batalkan Penjualan Benda-Benda Seni Islam
Kompas dunia | 11 Maret 2021, 05:51 WIBYERUSALEM, KOMPAS.TV - Museum Seni Islam di Israel membatalkan rencana pelelangan sejumlah barang langka dan berharga, setelah mendapatkan protes dari masyarakat. Rencana penjualan barang-barang langka itu diperkirakan akan menghasilkan jutaan dolar.
Pada Rabu (10/3/2021), Balai Lelang Sotheby setuju untuk mengembalikan 268 barang dari London ke LA Mayer Museum for Islamic Art di Yerusalem.
Pengembalian itu akhirnya menyudahi kisah yang menuai kecaman luas. Sebelumnya, para pakar seni telah mengkritik percobaan penjualan benda-benda seni berharga tersebut kepada kolektor pribadi, karena hal tersebut telah melanggar misi pendirian museum, yaitu untuk mendidik publik Israel tentang dunia Islam melalui seni.
Baca Juga: Polisi Israel Tangkap Imam Masjid Al-Aqsa yang Vokal Kritik Amerika
Barang-barang dari koleksi museum ini yang berharga, di antaranya adalah puluhan arloji saku antik yang dibuat oleh ahli horologi Prancis yang terkenal, Abraham-Louis Breguet. Arloji buatan Breguet pernah digunakan oleh bangsawan Eropa pada abad ke-17 dan 18, termasuk Ratu Prancis yang terakhir, Marie Antoinette.
Selain itu, ada juga helm Ottoman yang berasal dari abad ke-15 yang bertahtakan kaligrafi perak dan mangkuk dari abad ke-12 yang menggambarkan seorang pangeran Persia.
Seperti dikutip dari the Associated Press, The Hermann de Stern Foundation, yang mendanai sebagian besar anggaran museum, mengatakan penjualan itu bertujuan untuk menutupi biaya pemeliharaan Museum. Mereka bersikeras bahwa mereka memiliki hak hukum untuk menjual barang-barang tersebut.
Baca Juga: Israel Merayakan 5 Juta Vaksinasi Virus Corona
Hashava Foundation, sebuah organisasi pencegahan pencurian seni Israel, mengajukan petisi ke Mahkamah Agung pada November lalu untuk menghentikan pelelangan. Menurut mereka, penjualan itu merupakan pelanggaran hukum berat dari Undang-undang yang mengatur tentang museum dan barang antik. Penjualan juga akan menyebabkan kerugian besar bagi masyarakat umum.
Meir Heller, pendiri Hashava, mengatakan organisasinya bangga bahwa petisi yang mereka buat telah mencapai tujuan dan mereka berhasil membawa pulang koleksi langka itu ke Israel.
Baca Juga: Konflik Akibat Ledakan di Kapal Kargo Israel Kian Panas, Israel dan Iran Saling Tuding
Penjualan karya seni tersebut menuai kecaman publik, termasuk oleh Presiden Israel Reuven Rivlin, Menteri Kebudayaan Israel Hili Tropper dan kurator museum dan akademisi. Pelelangan barang pun sempat mengalami penundaan, hingga akhirnya dihentikan.
LA Mayer Museum for Islamic Art di Yerusalem didirikan pada 1960-an oleh keluarga Salomons, yang merupakan keturunan dari keluarga bangsawan Inggris-Yahudi.
Penulis : Tussie-Ayu
Sumber : Kompas TV