> >

Unjuk Rasa Kembali Terjadi di Seluruh Myanmar, Tak Gentar Oleh Pembunuhan 38 Pengunjuk Rasa Kemarin

Kompas dunia | 4 Maret 2021, 16:56 WIB
Pengunjuk rasa anti-kudeta berdiri di belakang barikade berhadapan dengan sekelompok polisi di Yangon, Myanmar Kamis, 4 Maret 2021. Demonstran di Myanmar kembali ke jalan-jalan Kamis, tidak gentar dengan pembunuhan sedikitnya 38 orang pada hari sebelumnya oleh pasukan keamanan. (Sumber: AP Photo)

YANGON, KOMPAS.TV - Pengunjuk rasa di Myanmar yang memprotes kudeta militer bulan lalu tanpa gentar kembali turun ke jalan Kamis, (04/03/2021) walau sedikitnya 38 orang pada hari sebelumnya dibunuh oleh pasukan keamanan.

Associated Press hari Kamis (04/03/2021) melaporkan, unjuk rasa hari Kamis diadakan di setidaknya tiga wilayah Yangon, kota terbesar di negara itu, yang telah menjadi tempat kekerasan selama beberapa hari terakhir.

Polisi kembali menggunakan kekerasan untuk mencoba membubarkan massa, menurut laporan langsung dari berbagai akun media sosial.

Unjuk rasa juga berlanjut di Mandalay, kota terbesar kedua. Sebuah formasi lima pesawat tempur terbang di atas kota pada Kamis pagi dalam apa yang tampak sebagai unjuk kekuatan untuk menggentarkan pengunjuk rasa.

Tidak terpengaruh oleh tindakan keras tersebut, para aktivis mengatakan mereka menolak untuk menerima pemerintahan militer dan bertekad untuk mendesak pembebasan pemimpin pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi dan pengakuan atas kemenangannya dalam pemilihan November lalu.

Baca Juga: Angel, Remaja yang Tinggalkan Pesan Sebelum Ditembak Mati oleh Polisi Myanmar

Teman Kyal Sin menangis ketika mereka melihat tubuh Kyal Sin, juga dikenal dengan nama China-nya Deng Jia Xi, seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang ditembak di kepala saat dia menghadiri unjuk rasa anti-kudeta di Mandalay, Myanmar, Rabu, 3 Maret 2021. Pasukan keamanan Myanmar menembak dan membunuh banyak orang pada Rabu, menurut akun di media sosial dan laporan berita lokal, ketika pihak berwenang memperpanjang tindakan keras mematikan mereka terhadap protes terhadap kudeta bulan lalu. (Sumber: AP Photo)

"Kami tahu kami selalu bisa ditembak dan dibunuh dengan peluru tajam tetapi tidak ada artinya tetap hidup di bawah junta (militer)," kata aktivis Maung Saungkha kepada Reuters, Kamis (04/03/2021).

Polisi kemudian melepaskan tembakan dan menggunakan gas air mata untuk membubarkan unjuk rasa di Yangon dan pusat kota Monywa, kata saksi mata. Polisi juga menembak di kota Pathein, sebelah barat Yangon, media melaporkan.

Di Yangon, kerumunan pengunjuk rasa segera berkumpul lagi untuk meneriakkan slogan dan bernyanyi.

Baca Juga: Militer Myanmar Kepada Utusan Khusus PBB: Kami Siap Menghadapi Sanksi dan Isolasi

Orang-orang melihat tubuh Kyal Sin, juga dikenal dengan nama China-nya Deng Jia Xi, seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang ditembak di kepala saat dia menghadiri unjuk rasa protes anti-kudeta di Mandalay, Myanmar, Rabu, Maret 3, 2021. Pasukan keamanan Myanmar menembak dan membunuh hampir 40 orang pada Rabu, menurut akun di media sosial dan laporan berita lokal, ketika pihak berwenang memperpanjang tindakan keras mematikan mereka terhadap protes terhadap kudeta bulan lalu. (Sumber: AP Photo)

Kerumunan besar juga berkumpul dengan damai untuk aksi unjuk rasa di tempat lain, termasuk kota kedua Mandalay dan di kota kuil bersejarah Bagan, di mana ratusan orang berbaris membawa foto Suu Kyi dan spanduk bertuliskan: "Bebaskan pemimpin kami", kata saksi mata.

Pada hari Rabu, polisi dan tentara melepaskan tembakan dengan peluru tajam dengan sedikit peringatan di beberapa kota besar dan kecil, kata saksi mata.

Utusan khusus PBB untuk Myanmar, Christine Schraner Burgener, mengatakan di New York setidaknya 38 orang tewas dalam hari paling berdarah sejak kudeta 1 Februari.

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU