China Tekan Muslim Utsul di Sanya, Simbol Islam dan Penggunaan Jilbab Dilarang
Kompas dunia | 15 Februari 2021, 14:55 WIBSANYA, KOMPAS.TV - Setelah muslim Uighur, China kini telah menekan kelompok Muslim Utsul yang berada di Sanya, dengan melarang simbol Islam dan penggunaan jilbab.
Sanya yang dulu dikenal sebagai tempat komunitas Muslim yang berusia 1.000 tahun dan memiliki kedekatan dengan dunia Islam kini sudah tak terlihat.
Seperti dilaporkan The New York Times, simbol-simbol Islam di daerah tersebut dihilangkan secara paksa.
Baca Juga: Demi Selamatkan Anjing Kesayangannya yang Nyaris Tenggelam, Pria Ini Mengorbankan Nyawanya
Tanda di toko-toko maupun rumah yang dibaca Allahu Akbar atau Allah Maha Besar, telah ditutupi dengan stiker besar yang dibaca China Dream.
Karakter China untuk label halal, juga sudah dicabut dari tanda-tanda di restoran maupun di menu.
Bahkan dua sekolah Islam telah ditutup, Mereka bahkan melarang siswa perempuan untuk menggunakan jilbab.
Baca Juga: Jepang Lakukan Persiapan Hadapi Gempa Susulan Pekan Ini
Muslim Utsul, komunitas muslim yang tidak lebih dari 10.000 orang di Sanya kini memang menjadi target penindasan dari Partai Komunis China.
Hal itu sejalan dengan identitas partai yang melawan pengaruh asing dan juga agama.
Juga menunjukkan bagaimana Beijing berusaha keras dalam menyatukan budaya China dengan mayoritas etnis Han sebagai intinya.
Baca Juga: Eks Tahanan Ungkap Pemerkosaan dan Penyiksaan di Kamp Muslim Uighur, Diperlakukan Seperti Binatang
Demi memuluskannya Pemerintah China akan berusaha mengikis identitas agama bahkan minoritas Muslim terkecil.
“Kontrol yang ketat terhadap Utsuls menunjukkan muka wajah sebenarnya dari kampanye Komunis China terhadap komunitas lokal.
ujar Ma Haiyun, pengamat dan Profesor dari Universitas Frostburg, Maryland.
Baca Juga: Pria Hilang saat Memancing, Diduga Dimakan Buaya setelah Potongan Tubuh Ditemukan di Dekat Perahunya
“Ini mengenai memperkuat kontrol negara. Sepenuhnya anti-Islam,” ujar pria yang mempelajari mengenai Islam di China.
Pembatasan baru di Sanya juga menandai pembalikan kebijakan Pemerintah China.
Hingga beberapa tahun lalu, para pejabat mendukung identitas Muslim Utsul dan hubungan mereka dengan negara-negara Muslim.
Baca Juga: Junta Militer Perpanjang Penahanan Aung San Suu Kyi, Militer Hadir di Jalanan, Unjuk Rasa Berlanjut
Partai Komunis China mengatakan pembatasan terhadap Islam dan Komunitas Muslim ditujukan untuk mengekang ekstrimisme agama yang kejam.
Mereka juga menggunakan alasan itu untuk membenarkan tindakan keras terhadap Muslim Uighur di Xinjiang.
Pemerintah China sebelumnya membantah telah menekan Islam. Tetapi, di bawah Presiden Xi Jinping, Partai Komunic China menghancurkan masjid, kubah dan menara Islam di negara tersebut.
Penulis : Haryo-Jati
Sumber : Kompas TV