Guinea Pastikan 3 Orang Meninggal Akibat Ebola, Kasus Pertama Sejak 2016
Kompas dunia | 14 Februari 2021, 22:24 WIBPasien awal epidemi, seorang anak laki-laki berusia 18 bulan dari sebuah desa kecil, diyakini telah terinfeksi oleh kelelawar, tetapi setelah kasus tersebut dilaporkan pada Desember 2013, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, namun butuh berminggu-minggu bagi aparat kesehatan untuk menerbitkan tanda bahaya, dan saat itu virus sudah menyebar sehingga butuh waktu bertahun-tahun untuk mengakhirinya.
Baca Juga: Wajib Tahu! Gejala dan Cara Penularan Virus Ebola
Kasus-kasus baru yang diumumkan hari Minggu berada di wilayah Nzerekore, tempat yang sama di mana kasus sebelumnya dimulai.
Setelah mendengar berita tersebut, penduduk setempat di ibu kota mengatakan mereka khawatir negara tersebut tidak dapat mengatasi wabah baru.
“Berita tentang wabah Ebola di Guinea mengkhawatirkan. Kita sudah kesulitan menghadapi virus corona, sekarang sistem kesehatannya kewalahan karena dua pandemi, ”kata Mamadou Kone, warga Conakry.
"Saya tidak tahu kutukan apa yang menimpa orang Guinea, semua pandemi menimpa kami," kata Mariam Konate, seorang perawat. “Ini seperti negara yang telah terkena kutukan,” katanya.
Baca Juga: Setelah Corona, WHO Umumkan Ada Wabah Ebola Baru di Afrika
Asal muasal infeksi masih belum diketahui.
Pakar kesehatan berharap ketersediaan vaksin Ebola akan membantu mengendalikan wabah ini dengan cepat.
Ebola ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh dari seseorang yang menunjukkan gejala Ebola, atau dari mayat yang positif.
Bulan lalu Organisasi Kesehatan Dunia WHO mengatakan sedang menyiapkan persediaan darurat global sebanuyak 500.000 dosis vaksin Ebola untuk membantu membasmi wabah di masa depan, tetapi hanya 7.000 yang tersedia pada saat pernyataan itu dikeluarkan.
Vaksin Ebola yang disiapkan itu dibuat oleh Merck.
“Ada alat dan sistem yang dapat dimobilisasi dengan cepat untuk menangani kasus ini. Kuncinya adalah kecepatan, memastikan orang dan bahan yang sesuai bisa hadir di tempat yang mereka butuhkan," kata Donald Brooks, kepala eksekutif Initiative: Eau, sebuah kelompok bantuan AS yang berfokus pada air dan sanitasi,
“Jika tidak dan menyebar ke pusat-pusat kota, itu bisa mengakibatkan korban jiwa yang sangat besar,” dia memperingatkan.
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV