> >

Kudeta Myanmar: Indonesia Siapkan Evakuasi WNI Jika Situasi Memburuk, Sniper Terlihat Diatas Gedung

Kompas dunia | 8 Februari 2021, 22:52 WIB
Unjuk rasa di kota Naypyidaw, yang berisi pegawai pemerintah dan banyak basis militer diwarnai tembakan kanon air terhadap pengunjuk rasa, hari Senin, 8 Februari 2021. Ketegangan dalam konfrontasi antara pihak berwenang dan pengunjuk rasa yang menentang kudeta minggu lalu di Myanmar memanas pada hari Senin, ketika polisi menembakkan meriam air ke arah pengunjuk rasa damai di ibu kota Naypyitaw. (Foto AP) (Sumber: AP Photo)

Baca Juga: Pengunjuk Rasa Penentang Kudeta Myanmar Dihadang Polisi dengan Meriam Air

Polisi menembakkan meriam air ke arah pengunjuk rasa saat demonstrasi menentang kudeta militer. (Sumber: AP Photo)

Menurut penuturan Gerald Eman, ketua Kerukunan Indonesia Myanmar (KIM), WNI yang telah tinggal di negara itu selama 17 tahun, mengatakan berdasarkan pengalamannya, demonstrasi di negara itu belum pernah diwarnai kerusuhan dan penjarahan.

"(Sejauh pengalaman saya), karakternya (demonstrasi) tak anakarkis. Kerusuhan, menjarah toko dan lain-lain belum pernah kita liat, kondisinya benar-benar politik," kata Gerald seperti dilansir dari Kompas.com,

Tak ada yang merusak, menjarah atau melawan aparat

Warga Indonesia yang tinggal di Yangon Cecep Yadi menceritakan, dari apa yang dilihatnya dalam tiga hari terakhir ini, para demonstran tidak ada yang sampai merusak fasilitas umum.

"Mereka di sini tidak ada yang merusak fasilitas, menjarah toko ataupun melawan aparat keamanan. Semuanya berisik, berteriak, dan berorasi, tapi tidak ada yang takut.

"Tidak ada yang hanya menonton.. Kalaupun tinggal di rumah, mereka akan diam di depan rumah dan ikut mengangkat tangan tiga jari sebagai bentuk partisipasi demokrasi dan ikut membagikan makanan dan minuman ke setiap orang yang lewat," tambah Cecep.

Baca Juga: Kudeta Myanmar: Unjuk Rasa Makin Besar di Seluruh Myanmar Menyusul Sambungan Internet Dipulihkan

Kaum LGBTQ Myanmar turun gunung berunjuk rasa menentang pemerintahan militer, memegang bendera pelangi saat mereka berbaris di Yangon, Myanmar pada hari Senin, 8 Februari 2021. Ketegangan dalam konfrontasi antara pihak berwenang dan pengunjuk rasa yang menentang kudeta minggu lalu di Myanmar memanas pada hari Senin, ketika polisi menembakkan meriam air ke arah pengunjuk rasa damai di ibu kota Naypyitaw. (Foto AP) (Sumber: AP Photo)

"Berdasarkan dua hari kemarin, demo selesai jam 20.00, dan mereka kembali ke rumah masing-masing dan membuat suara bising selama kurang lebih 15 menit dengan memukul mukul alat alat dapur (panci atau wajan). Setelah itu sepi."

Ribuan orang berkumpul di Yangon dan Mandalay, sementara meriam air telah disiagakan di Ibu Kota Naypyidaw untuk mengantisipasi puluhan ribu pendemo.

Aksi ini terjadi sehari setelah rakyat Myanmar menggelar demo terbesar dalam lebih dari satu dekade. Pada Senin (08/02/2020) pagi, puluhan ribu orang telah berkumpul di Naypyidaw.

Aksi serupa digelar di sejumlah kota lainnya yang diikuti pendemo dalam jumlah signifikan, sebagaimana dilaporkan BBC Burmese yang dilansir Kompas.com

Baca Juga: Kudeta Myanmar: Paus Fransiskus Doakan dan Ungkap Solidaritasnya untuk Rakyat Myanmar

Paus Fransiskus ketika memberikan doa sore pada 8 Desember 2020 di Vatikan. (Sumber: AP Photo)

Para demonstran mencakup para guru, pengacara, pegawai bank, hingga pegawai negeri sipil. Sekitar 1.000 guru telah berpawai dari berbagai penjuru Yangon menuju Pagoda Sule di pusat kota tersebut.

Di Naypyidaw, kepolisian menggunakan meriam air untuk menghalau para pendemo dan sudah ada beragam laporan mengenai sejumlah orang yang cedera.

Aksi unjuk rasa dan seruan agar para buruh tidak bekerja juga berlangsung di dunia maya. "Ini adalah hari kerja, tapi kami tidak akan bekerja bahkan jika gaji kami dipotong," kata seorang buruh pabrik garmen berusia 28 tahun, Hnin Thazin, kepada kantor berita AFP seperti diberitakan Kompas.com.

Baca Juga: Militer Myanmar Tangkap Warga Australia yang Juga Penasihat Aung San Suu Kyi

Puluhan ribu pengunjuk rasa memenuhi jalan di Mandalay, Myanmar pada hari Minggu, 7 Februari 2021, sementara puluhan ribu lainnya berunjuk rasa di Yangon, menentang pengambilalihan militer dan menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi, yang pemerintahan terpilihnya digulingkan oleh tentara (Sumber: AP Photo)

Sehari sebelumnya, pada Minggu (07/02/2021), puluhan ribu orang melakukan protes di kota Yangon, untuk menentang kudeta, gerakan yang tidak bisa dibendung oleh pemblokiran internet yang diberlakukan oleh penguasa militer. "Kami tidak ingin kediktatoran militer," teriak banyak demonstran.

Banyak yang memegang foto pemimpin yang ditahan Aung San Suu Kyi dan mengenakan pakaian merah, warna partai Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang dipimpin Suu Kyi.

Mereka juga menuntut agar Suu Kyi dibebaskan. Dia tidak terlihat lagi sejak tentara menggulingkan pemerintahannya Senin (01/02/2021) lalu. Demonstrasi yang lebih kecil dilaporkan terjadi di Kota Mawlamine dan Mandalay.

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU