> >

Kudeta Myanmar: Indonesia Siapkan Evakuasi WNI Jika Situasi Memburuk, Sniper Terlihat Diatas Gedung

Kompas dunia | 8 Februari 2021, 22:52 WIB
Unjuk rasa di kota Naypyidaw, yang berisi pegawai pemerintah dan banyak basis militer diwarnai tembakan kanon air terhadap pengunjuk rasa, hari Senin, 8 Februari 2021. Ketegangan dalam konfrontasi antara pihak berwenang dan pengunjuk rasa yang menentang kudeta minggu lalu di Myanmar memanas pada hari Senin, ketika polisi menembakkan meriam air ke arah pengunjuk rasa damai di ibu kota Naypyitaw. (Foto AP) (Sumber: AP Photo)

NYAPYIDAW, KOMPAS.TV - Pemerintah Indonesia tengah mempersiapkan evakuasi WNI dan keluarga, mengantisipasi bila kondisi di Myanmar memburuk ditengah meluasnya unjuk rasa di seluruh Myanmar.

Seperti dilansir dari Kompas.com, Duta Besar Indonesia untuk Myanmar, Iza Fadri, dalam pertemuan virtual dengan warga negara Indonesia Senin (08/02/2021) mengatakan, sejak dua hari lalu Kementerian Luar Negeri RI melakukan persiapan darurat untuk berjaga-jaga, termasuk kemungkinan evakuasi WNI.

"Evakuasi (akan dilakukan) kalau situasi sudah anarkis, tak ada lagi hukum dan pemerintah sudah tak bisa mengendalikan situasi lagi, tak ada lagi otoritas, dan WNI sudah tidak bekerja juga. Menurut saya lebih baik, evakuasi, itu yang bisa dijadikan patokan untuk evakuasi," kata Iza.

Iza Fadri juga mengimbau kepada WNI di Myanmar, yang perusahaannya tutup dan tak beroperasi lagi, untuk lebih baik kembali ke Indonesia.

Rencana darurat yang telah disiapkan itu, menurut Iza, termasuk beberapa alternatif, seperti menggunakan pelabuhan bila bandar udara ditutup.

Baca Juga: Kudeta Myanmar: Tenaga Kesehatan, Biksu, Suku Minoritas, Bergabung Unjuk Rasa Menentang Militer

Di Yangon, biksu mulai turun ke jalan menentang pemerintahan militer hari Senin, 8 Februari 2021. Ketegangan dalam konfrontasi antara pihak berwenang dan pengunjuk rasa yang menentang kudeta minggu lalu di Myanmar memanas pada hari Senin, ketika polisi menembakkan meriam air ke arah pengunjuk rasa damai di ibu kota Naypyitaw. (Foto AP) (Sumber: AP Photo)

Warga negara Indonesia di Myanmar tercatat sekitar 600 orang dan sejauh ini sudah lebih dari 400 yang mendaftarkan diri secara online di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Yangon.

Iza mengatakan demonstrasi yang telah terjadi dalam beberapa hari ini terdengar dari kantor kedutaan, dan ia mengimbau warga Indonesia untuk tidak keluar rumah.

"Kami lihat (demo ini) sangat masif. Kami imbau warga untuk tidak usah ikut. Pak Athan [atase pertahanan] mengirim foto, ada orang yang pakai senjata panjang dari gedung tinggi [sniper dalam istilah militer]," tambah Dubes Iza.

Namun sejauh ini menurut Iza, unjuk rasa dalam tiga hari terakhir berjalan damai.

Baca Juga: Kudeta Myanmar: TV Pemerintah Ancam Pendemo Akan Ditindak, Kaum LGBTQ Turun Gunung Berunjuk Rasa

Pengunjuk rasa mahasiswa di Yangon, yang menuntut pembatalan kudeta dan pembebasan kepala negara serta Aung San Suu Kyi dari tahanan militer. (Sumber: AP Photo)

Perkembangan terakhir hari ini, unjuk rasa membesar di berbagai kota mengecam kudeta militer dan penangkapan Aung San Suu Kyi serta presiden dan pejabat negara serta anggota parlemen hasil pemilu November lalu.

Pengunjuk rasa juga menuntut pihak militer menghormati hasil pemilu bulan November tahun lalu.

Meskipun unjuk rasa dan penentangan terhadap kudeta semakin luas, sejauh ini militer terpantau sama sekali belum mengeluarkan pernyataan. Penguasa militer telah menempati ibu kota, Naypyidaw, dan sejauh ini juga menghindari keterlibatan langsung dengan para pengunjuk rasa.

Baca Juga: Pengunjuk Rasa Penentang Kudeta Myanmar Dihadang Polisi dengan Meriam Air

Para biksu Buddha memberikan salam tiga jari saat seorang biksu berbicara kepada kerumunan dengan pengeras suara saat mereka berpartisipasi dalam pawai protes di Yangon, Myanmar pada hari Senin, 8 Februari 2021. Ketegangan dalam konfrontasi antara pihak berwenang dan pengunjuk rasa terhadap kudeta minggu lalu di Myanmar mendidih selama Senin, ketika polisi menembakkan meriam air ke pengunjuk rasa damai di ibu kota Naypyitaw. (Sumber: AP Photo)

Di ibu kota Myanmar, Naypyidaw, polisi menggunakan kanon air dalam menghadapi para buruh yang mogok. Sejumlah laporan menyebutkan ada beberapa yang terluka.

TV negara memperingatkan pengunjuk rasa bahwa mereka akan mengambil tindakan bila mengancam keamanan publik atau "melanggar hukum."

Buruh di berbagai wilayah di Myanmar melancarkan aksi mogok nasional dalam demonstrasi hari ketiga, pada Senin (08/02/2020).

Dalam aksinya, para buruh juga menuntut pembebasan pemimpin terpilih, Aung San Suu Kyi, dan dikembalikannya demokrasi di negara tersebut.

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU