Penderita Covid-19 Melahirkan Saat Koma, Bertemu Bayinya Setelah 75 Hari Berjuang Untuk Sembuh
Kompas dunia | 8 Februari 2021, 06:45 WIBWISCONSIN, KOMPAS.TV - Seorang ibu muda yang koma akibat Covid-19 melahirkan anaknya saat sedang koma di rumah sakit dan setelah hampir tiga bulan kemudian, akhirnya bisa bertemu dengan buah hatinya.
Ibu muda itu bernama Kelsey Townsend asal Wisconsin, Amerika Serikat, melahirkan anak ke 4 nya, Lucy, melalui operasi caesar saat koma dalam perawatan di rumah sakit.
Townsend berada dalam kondisi koma yang disengaja secara medis karena harus menjalani perawatan serius untuk melawan Covid-19 yang menyerang paru-parunya. Saat koma tanggal 4 November lalu, dokter atas persetujuan suami melakukan operasi sesar agar anaknya dapat lahir.
Baca Juga: Tenaga Medis Ini Histeris Saat Akan Divaksin Covid-19, Ternyata Dirinya Takut Jarum Suntik
Usai melahirkan, Kelsey menghabiskan 75 hari dalam perawatan intensif. Akhirnya pada 27 Januari 2021, Kelsey boleh pulang dari RS Universitas di Madison ke rumah dan bertemu Lucy, anaknya yang dilahirkan saat koma di rumah sakit akibat Covid-19.
Kelsey yang berusia 32 tahun waktu itu positif mengidap virus corona dan dokter memutuskan menidurkannnya dalam keadaan koma, sebelum melakukan operasi cesar di Rumah Sakit St Mary's di Madison, Wisconsin Amerika Serikat.
Sejak itu, Kelsey mendapat bantuan pernapasan untuk menjaga jantung dan paru-parunya. "Hi. I love you. Saya sangat menyayangimu Ya aku sudah merindukanmu," kata Kelsey ketika pertama kalinya melihat Lucy.
Baca Juga: Penyintas Bisa Donor Plasma Darah Konvalesen untuk Bantu Pasien Covid-19
Kelsey pertama kalinya melihat Lucy tanggal 27 Januari lalu, ketika ia diperbolehkan meninggalkan rumah sakit untuk pulang ke rumah. "Kami langsung merasa dekat ketika bertemu. Dia tersenyum lebar melihat saya, dan memandang saya, seolah-olah dia tahu siapa saya sebenarnya dan itu membuat saya senang sekali," katanya.
Jennifer Krupp, dokter spesialis di rumah sakit tersebut mengatakan hal yang langka bagi rumah sakit untuk bisa membantu kelahiran bayi dari seorang ibu yang sedang menderita parah karena Covid-19.
Saturasi oksigen Kelsey begitu rendah saat ia tiba di rumah sakit, sehingga otak bayi dan organ lainnya berpotensi rusak akibat kekurangan suplai oksigen dari sang ibu.
Baca Juga: Riset Bloomberg: Indonesia Butuh 10 Tahun Lebih untuk Atasi Pandemi Covid-19
Kulit Kelsey saat masuk rumah sakit juga sudah berubah menjadi abu-abu dan biru, sehingga menurut dokter Thomas Littlefield yang ikut menanganinya, operasi cesar segera harus dilakukan.
Pada awalnya para dokter memperkirakan Kelsey akan memerlukan transplantasi kedua bilik paru-parunya di akhir Desember.
Namun keadaannya membaik dengan cepat dan di pertengahan Januari tidak perlu lagi dirawat di bagian unit perawatan intensif, dan tidak memerlukan transplantasi paru-paru.
Suami Kelsey, Derek Townsend, menggambarkan apa yang dialami istrinya seperti sebuah perjalanan roller coaster.
Baca Juga: Stres Pembatasan Kunjungan Keluarga Akibat Pandemi Covid-19, Napi di Penjara St. Louis Ngamuk
"Berulang kali saya mendapat panggilan telepon tengah malam dan dinihari. Dokter mengatakan mereka sudah berusaha maksimal membantu Kelsey dan keadaannya masih tidak stabil," katanya.
"Jadi berulang kali saya merasa bahwa kami akan kehilangan dia."
Derek mengatakan bahkan bayinya Lucy merasa ada seseorang yang hilang ketika istrinya masih dirawat di rumah sakit.
Baca Juga: Penembakan di Mal Wisconsin Amerika Serikat, 1 Orang Tewas
"Tiga bulan terakhir bersama Lucy, kepalanya selalu bergerak dan dia selalu berusaha melihat ke sana kemari. Dan saya mengatakan kepada Kelsey bahwa Lucy berusaha mencari ibunya," kata Derek.
Dia mengatakan dia dan istrinya tertular Covid-19, walau sudah mematuhi protokol kesehatan. Namun Derek membaik, meski keadaan istrinya memburuk, sehingga akhirnya mereka memutuskan pergi ke rumah sakit.
"Keluarga adalah segalanya bagi saya," kata Kelsey.
"Jadi saya berusaha sekuat mungkin untuk bertahan hidup dan ingin pulang ke rumah. "Saya tidak pernah mempertanyakan bahwa mungkin saya tidak akan bisa bertahan."
Penulis : Edwin-Shri-Bimo
Sumber : Kompas TV