Sistem Kesehatan Terancam Runtuh, Portugal Berusaha Keras Menambah Bangsal Covid-19
Kompas dunia | 29 Januari 2021, 08:19 WIBPara ahli menegur pemerintah karena gagal merespons lebih cepat. Penerbangan dari dan ke Inggris, baru dilarang pada akhir pekan lalu. Sedangkan penerbangan dari dan ke Brasil, negara yang memiliki hubungan dekat dengan Portugal di mana varian lain yang mengkhawatirkan sudah terdeteksi, akan dilarang mulai Sabtu (30/1/2021).
Pada Rabu (27/1/2021), pengemudi ambulan memprotes di luar rumah sakit terbesar di Lisbon, di mana dalam beberapa hari terakhir ambulans harus mengantri berjam-jam untuk mengantarkan pasien Covid-19.
Baca Juga: Presiden Portugal Umumkan Status Darurat Corona
Rumah sakit yang kelebihan beban mengimbau keluarga yang kesal untuk tetap tenang, dengan mengatakan bahwa hanya 15% dari mereka yang tiba di ambulans membutuhkan rawat inap.
Pemerintah Portugal beralih ke negara Uni Eropa lainnya untuk meminta bantuan. Jerman minggu ini mengirim dua dokter dan spesialis medis ke Lisbon.
Sumber daya terus dikembangkan dan digunakan kembali secepat mungkin. Rumah Sakit Militer Lisbon telah menerima banyak pasien dari rumah sakit umum di wilayah tersebut. Tukang kayu, tukang listrik, dan buruh bekerja untuk mengubahnya menjadi rumah sakit dengan tambahan 50 tempat tidur dalam tiga hari.
Dari fajar hingga tengah malam, panel dipasang dan kabel serta pipa oksigen dipasang di tengah kebisingan bor listrik, palu dan gergaji. Marinir membawa tempat tidur logam dan kasur hijau dari barak militer.
Peningkatan tenaga kerja ditambah sebanyak 400 anggota dari tantara Portugal. Mereka mendapat tugas baru untuk memasak dan mencuci pakaian. Secara total, rumah sakit akan memiliki 274 tempat tidur, 80% di antaranya untuk pasien Covid-19.
Tapi pekerjaan ini seperti menggali lubang di pasir. Jumat lalu, Rumah Sakit Militer mulai menggunakan suatu area untuk membuat 20 tempat tidur bagi pasien Covid-19. Tempat itu dibuka pada Senin pagi, namun pada Senin sore sudah terisi penuh.
Sousa mengatakan rumah sakitnya telah mencapai batasnya. “Kami kehabisan ruang dan sumber daya manusia,” ujarnya.
Penulis : Tussie-Ayu
Sumber : Kompas TV