Dianggap Hina Raja Thailand, Seorang Mantan PNS Dihukum 43,5 Tahun Penjara
Kompas dunia | 20 Januari 2021, 06:00 WIB“Vonis pengadilan hari ini sungguh mengejutkan dan merupakan sinyal yang mengerikan bahwa kritik terhadap monarki bukan cuma tak akan ditoleransi, tapi juga dihukum berat,” ujar Sunai Phasuk, peneliti senior kelompok Human Rights Watch.
Melanggar hukum lese majeste Thailand – yang dikenal luas dengan Pasal 112 – bisa dihukum 3 hingga 15 tahun penjara per dakwaan. Undang-udang tersebut dinilai kontroversial, bukan hanya karena pernah digunakan untuk menghukum hal-hal sederhana seperti menyukai sebuah unggahan di Facebook, tapi juga lantaran setiap orang – bukan hanya bangsawan atau pejabat berwenang – dapat mengajukan keluhan yang dapat mengikat tertuduh dalam proses hukum selama bertahun-tahun.
Baca Juga: Jerman Kritik Keras Raja Thailand Maharaja Vajiralongkorn, Ini Sebabnya
Selama kerusuhan politik Thailand dalam kurun 15 tahun terakhir, hukum ini kerap digunakan sebagai senjata politik serta balas dendam pribadi. Sementara, kritik publik yang sebenarnya terhadap kerajaan terhitung amat sangat jarang.
Namun, setahun belakangan, hal ini berubah saat para pengunjuk rasa muda yang menyerukan reformasi demokrasi juga mendesakkan reformasi monarki, yang telah lama dianggap sebagai institusi nyaris sakral bagi banyak warga Thailand. Para pengunjuk rasa menyatakan, institusi kerajaan tidak bertanggung jawab dan memegang terlalu banyak kekuasaan dalam apa yang seharusnya menjadi monarki konstitusional yang demokratis.
Awalnya, pihak berwenang membiarkan aneka komentar dan kritik berlalu tanpa dakwaan, namun sejak November telah menangkap sekitar 50 orang dan mendakwa mereka dengan lese majeste.
Sunai menyatakan, hukuman yang dijatuhkan pada Selasa (19/1) kemarin tampaknya dimaksudkan untuk memberi pesan.
“Bisa dilihat bahwa pihak berwenang Thailand sekarang menggunakan penuntutan lese majeste sebagai upaya terakhir mereka dalam menanggapi pemberontakan demokrasi para pemuda yang berupaya mengekang kekuasaan raja dan membuatnya tetap berada dalam batas aturan konstitusional. Ketegangan politik Thailand kini akan bergerak dari buruk menjadi lebih buruk,” terangnya.
Baca Juga: 1.450 Foto Seksi Selir Raja Thailand Sineenat Tersebar, Indikasi Terjadinya Perebutan Kekuasaan?
Setelah Raja Maha Vajralongkorn naik tahta pada 2016 menyusul kematian ayahnya, sang raja menginformasikan pemerintah bahwa ia tidak ingin undang-undang lese majeste digunakan. Namun seiring berkembangnya aksi protes tahun lalu, dan kritik terhadap monarki bertambah keras, Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha memperingatkan bahwa para pengunjuk rasa telah melampaui batas, dan undang-undang lese majeste dapat digunakan.
Aksi protes mereda usai penangkapan sejumlah aktivis dan sejak pembatasan perkumpulan sosial akibat pandemi Covid-19 diberlakukan.
Penulis : Vyara-Lestari
Sumber : Kompas TV