> >

Bantah Lakukan Pelecehan Seksual, Walikota Jepang Usir Anggota Dewan Perempuan

Kompas dunia | 15 Desember 2020, 01:14 WIB
Nobutada Kuroiwa, walikota Kusatsu, Prefektur Gunma, dalam konferensi pers di Tokyo, Jepang, Senin (14/12). (Sumber: AP Photo / Eugene Hoshiko)

TOKYO, KOMPAS.TV – Seorang walikota di Jepang membantah tuduhan pelecehan seksual dari seorang anggota dewan perempuan. Berkilah menyelamatkan reputasi kota, sang walikota mendesak pemecatan sang anggota dewan perempuan.

Nobutada Kuroiwa, walikota Kusatsu, sebuah kota resor dengan pemandian air panas di utara Tokyo, Jepang, mengatakan dalam konferensi pers pada Senin (14/12) bahwa Shoko Arai harus dipecat dari jabatannya karena telah salah menuduhnya melakukan pelecehan seksual. Kuroiwa menyebut bahwa tuduhan yang dilancarkan Arai telah membahayakan kota yang bergantung penuh pada pariwisata.

Baca Juga: Bersih-Bersih Lemari Ngetrend di Jepang, Transaksi Barang Bekas Meledak

Arai, satu-satunya perempuan dalam dewan kota Kusatsu, dalam sebuah buku daring pada November 2019 menyebut bahwa Kuroiwa telah memaksanya melakukan hubungan seks dengannya di kantor Kuroiwa pada 2015.

Sebulan kemudian, melalui voting, dewan kota memutuskan untuk mengeluarkan Arai. Namun, keputusan tersebut dibatalkan oleh pemerintah prefektur Gunma.

Dilansir dari Associated Press, dalam referendum kota yang digelar pada 6 Desember lalu, Arai kehilangan kursinya dengan perbandingan suara 2.542 : 208.

Baca Juga: Paus Fransiskus Berjanji Berantas Pelecehan Seksual di Gereja Katolik

Pada Senin (14/12), Kuroiwa menyebut tudingan Arai sebagai, “Seratus persen bohong dan palsu” dan bahkan mengatakan tidak ada ruang untuk berdebat apakah terjadi hubungan seks yang didasari suka sama suka. “Sama sekali tidak terjadi apa-apa,” tegas Kuroiwa.

Kuroiwa kini tengah mencari celah untuk menuding balik Arai dengan penyelidikan kriminal dan pencemaran nama baik dalam gugatan perdata. Ia menuding Arai telah melancarkan tuduhan palsu padanya untuk menekannya mengubah keputusannya terkait kebijakan air panas di Kusatsu.

Kasus ini dipandang sebagai contoh bagaimana perempuan yang berani bersuara tentang dugaan pelecehan seksual yang dialaminya, kerap diperlakukan di Jepang. Sangat jarang korban pelecehan dipublikasikan.

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU