> >

Iran Hukum Mati Wartawan di Tiang Gantungan

Kompas dunia | 12 Desember 2020, 21:06 WIB
Ruhollah Zam, wartawan yang dihukum gantung di Iran (12/12/2020) (Sumber: Mizan News Agency/Daily Telegraph)

Namun seiring menyebarnya unjuk rasa ke kota-kota lain, unjuk rasa makin menyasar kelompok yang saat ini memerintah dan berkuasa di Iran.

Baca Juga: Warga Teheran Tumpah Ruah Peringati 40 Tahun Revolusi Iran

Tidak lama, penentangan langsung atas Presiden Rouhani dan bahkan atas Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei terlihat di video yang disiarkan oleh platform online milik Zam, yang juga menyiarkan waktu unjuk rasa serta berbagai informasi teknis unjuk rasa di Iran pada saat itu.

Telegram mematikan kanal milik Zam, menuruti protes pemerintah Iran bahwa kanal tersebut menyebarkan informasi tentang bagaimana membuat bom bensin. Kanal telegram milik Zam kemudian beralih menggunakan nama lain.

Zam yang saat itu sudah kabur dari Iran setelah dituduh bersekongkol dengan intelijen negara lain, membantah telah memicu kekerasan dalam kanal telegramnya.

Unjuk rasa tahun 2017 di Iran berujung pada tewasnya 25 orang dan penangkapan terhadap 5,000 orang.

Rincian atas penangkapan dirinya hingga saat ini belum jelas. Walau Zam bersembunyi di Paris, Zam entah bagaimana Zam kembali ke Iran dan langsung ditahan pejabat intelijen negara tersebut. Zam adalah salah satu figur oposisi yang kembali ke Iran sepanjang tahun lalu, setelah kabur ke luar negeri.

Baca Juga: Hassan Rouhani Jadi Presiden Iran

Perancis sebelumnya mengkritik keras hukuman mati sebagai,”pukulan telak atas kebebasan berpendapat, dan atas kebebasan pers di Iran,”

Reporters Without Borders, kelomok yang mengkampanyekan kebebasan pers mengatakan, hukuman gantung kepada Zam adalah “Kejahatan baru dari sistem hukum Iran,”

Dalam wawancara pada bulan Juli, Zam mengatakan telah kehilangan 30 kilogram berat badannya sejak ditahan pada Oktober 2019. Menyusul penangkapan atas dirinya, akhirnya Zam dapat bertemu ayahnya setelah 9 tahun dan ibu serta adik perempuannya setelah enam tahun.

Zam adalah anak dari ulama Syiah Muhammad Ali Zam, seorang reformis yang pernah menjadi pejabat pemerintahan Iran pada awal tahun 80an.

Ulama itu menulis surat terbuka di media massa Iran pada Juli 2017 yang mengatakan dirinya tidak mendukung upaya anaknya dalam pelaporan yang dibuat situs AmadNews, dan berbagai pesan yang dibagikan dalam kanal telegram milik anaknya.

Penulis : Edwin-Shri-Bimo

Sumber : Kompas TV


TERBARU