Presiden Sementara Peru Mundur Seusai Dua Orang Tewas dalam Unjuk Rasa yang Menentangnya
Kompas dunia | 16 November 2020, 13:40 WIBLIMA, KOMPAS.TV - Presiden Sementara Peru, Manuel Merino akhirnya memutuskan untuk mundur dari jabatan yang diembannya kurang dari sepekan.
Keputusan tersebut dibuat Merino,Minggu (15/11/2020) waktu setempat, setelah dua orang tewas dalam unjuk rasa yang menentang dia, sehari sebelumnya.
Merino merupakan Presiden interim Peru, menggantikan Presiden Martin Vizcarra yang dimakzulkan pekan lalu karena tuduhan korupsi.
Baca Juga: Kim Jong-Un Dikhawatirkan Lakukan Gebrakan saat Joe Biden Dilantik Jadi Presiden AS, Apa Itu?
Merino, yang merupakan mantan juru bicara Kongres itu sebelumnya memang diminta untuk mundur oleh sejumlah politisi senior Peru.
Hal itu dikarenakan tindakan keras yang dilakukan terhadap unjuk rasa yang menentang dirinya.
Seperti dikutip BBC, 12 menteri dari kabinetnya sudah memutuskan mundur, Minggu (15/11/2020), sebagai bentuk protes terhadap kebrutalan polisi.
Baca Juga: Asteroid Raksasa Sebesar 2 Kali Monas Menuju Bumi, Terancam Menabrak pada 2068
Hal itu juga sebagai bentuk kekecewaan terhadap caranya menangani krisis tersebut.
Namun, keputusan tersebut saat ini menimbulkan masalah baru, yaitu siapa yang akan menjadi Presiden sementara Peru.
Sebelumnya, nama Rocio Silva Santiesteban sempat disorongkan. Satiesteban adalah seorang penulis dan mantan aktivis Hak Asasi Manusia (HAM).
Meski begitu, kongres tak menemui kesepakatan agar Santisteban menjadi penerus Merino.
Unjuk rasa yang dilakukan puluhan ribu masyarakat Peru, telah terjadi beberapa hari terakhir.
Baca Juga: Umat Katolik Prancis Protes, Menuntut Agar Misa Diizinkan
Mereka memprotes pencopotan Presiden Vizcarra. Mereka menuduh Kongres melakukan kudeta parlemen.
Vizcarra memang mendapatkan dukungan besar dari para pemilihnya atas upaya untuk melakukan reformasi.
Vizcarra sendiri telah membantah dirinya terlibat dalam kasus korupsi yang dituduhkan kepadanya.
Baca Juga: Serangan Terakhir Trump ke China, Terapkan Sanksi Pembatasan Perdagangan karena Pelanggaran HAM
Unjuk rasa yang sebelumnya berjalan damai, akhirnya menjadi rusuh, Sabtu (14/11/2020) setelah terjadi keributan antara polisi dan para pengunjuk rasa.
Polisi dilaporkan menembakkan gas air mata serta senapan untuk mengusir para deonstran yang melemparkan kembang api dan batu.
Dua orang siswa, Jack Pintado (22) dan Inti Sotelo (24), terbunuh dalam bentrokan tersebut.
Penulis : Haryo-Jati
Sumber : Kompas TV