> >

Lima Pertanyaan Penting Tentang Pilpres AS

Kompas dunia | 3 November 2020, 02:35 WIB
Amplop-amplop berisi surat suara di Pusat Pemungutan Suara di San Fransisco, AS, Minggu (1/11). (Sumber: AP Photo / Jeff Chiu)

Hari Pemilihan akhirnya tiba.

Atau, setidaknya itulah yang kita sebut sebagai Hari Pemilihan, karena lebih dari 93 juta rakyat Amerika Serikat (AS) sudah memberikan suaranya pada pemilihan yang sudah berubah bentuk berkat pandemi terburuk dalam seabad terakhir, resesi ekonomi dan rasisme sistemik yang sudah berlangsung lama.

Berikut adalah pertanyaan-pertanyaan penting terkait Pilpres AS:

 

Apa Yang Diinginkan Rakyat AS dari Seorang Presiden?

Pilpres AS selalu tentang ke arah mana rakyat AS ingin menyetir negara mereka. Ini, benar-benar terjadi tahun ini, seiring AS menghadapi beragam krisis dan tengah memilih antara dua kandidat yang memiliki visi masa depan sangat berbeda.

Presiden Donald Trump meremehkan Covid-19, meskipun kasus penularannya telah menyebar di seluruh AS. Ia mencela para gubernur – hampir semuanya Demokrat – yang telah menerapkan pembatasan untuk mencegah meluasnya kasus penularan Covid-19. Trump juga telah melanggar pedoman kesehatan masyarakat dengan menggelar kampanye dengan kerumunan massa besar-besaran tanpa pembatasan sosial dan tanpa mengenakan masker.

Rivalnya dari Partai Demokrat, Joe Biden, menyatakan justru mengindahkan saran para ilmuwan terkait Covid-19. Ia telah berjanji untuk bekerja bersama para petugas negara bagian di seluruh AS untuk mewajibkan penggunaan masker.

Trump menyebut protes atas rasisme sistemik sebagai radikal dan menekankan penertiban hukum sebagai pesan bagi para pendukungnya yang sebagian besar warga kulit putih. Sementara Biden mengakui adanya rasisme sistemik, dan memilih Senator Kamala Harris yang berdarah campuran untuk tampil mendampinginya, dan menempatkan dirinya sebagai figur pemersatu.

Kedua kandidat juga memiliki pandangan berbeda pada semua hal, mulai dari perubahan iklim, lingkungan, hingga pajak dan lingkup peraturan federal.

Baca Juga: Trump Berusaha Menyelamatkan Suara di 48 Jam Terakhir Menuju Pemungutan Suara

 

Pendekatan Siapa Yang Menang?

Kedua pihak mengambil pendekatan yang sangat berbeda dalam menghubungi para pemilih di masa pandemi.

Demokrat berhenti mengetuk dari pintu ke pintu sejak musim panas lalu, berubah haluan ke dunia digital dan telepon pintar. Pada September, mereka membatasi kontak tatap muka. Sementara, Republik tetap setia pada kampanye tradisional di lapangan dengan mengumpulkan kerumunan massa.

Republik bisa menunjukkan kesuksesan mereka dengan meningkatkan pendaftaran para pemilih di negara-negara bagian yang menjadi ajang pertempuran. Demokrat bisa menunjukkan kesuksesan lewat pemungutan suara awal, termasuk dari para pemilih baru. Namun, hanya penghitungan suara akhir yang akan menentukan strategi mana yang lebih berhasil.

Penulis : Vyara-Lestari

Sumber : Kompas TV


TERBARU