Tengah Berjuang Menghadapi Covid-19, Kini Eropa Hadapi Aksi Protes Dari Rakyat
Kompas dunia | 28 Oktober 2020, 03:43 WIBMILAN, KOMPAS.TV – Italia tengah berjuang menghadapi gelombang kedua Covid-19. Kini, negara ini pun harus bersiap untuk menghadapi gelombang protes dari warganya terkait aturan pembatasan sosial yang kembali diperketat.
Sejak gelombang kedua Covid-19 menghantam, Italia memberlakukan aturan baru seperti jam malam regional, penutupan restoran dan bar di malam hari, serta penutupan pusat kebugaran, kolam renang dan teater.
Namun keputusan pemerintah meningkatkan ketidakpuasan warga, sehingga warga turun ke jalan untuk melakukan protes.
Polisi di Milan menangkap 28 orang setelah aksi protes berubah menjadi kekerasan pada Senin malam (26/10/2020).
Sedangkan di Turin, setidaknya 11 orang ditangkap, termasuk pasangan yang memecahkan jendela butik Gucci dan melucuti pakaian pada manekin Gucci.
Baca Juga: Italia Berlakukan Aturan Pembatasan Baru Mulai Hari Ini
Italia bukan satu-satunya negara yang menghadapi kebangkitan kembali Covid-19.
Seluruh Eropa kini tengah berjuang untuk menghentikan penyebaran virus sebelum rumah sakit dan tenaga kesehatan kewalahan.
Jam malam telah diberlakukan di kota-kota di Prancis dan di Spanyol. Sekolah ditutup di Irlandia Utara dan Republik Ceko.
Pejabat Jerman telah memerintahkan penguncian di beberapa daerah dekat perbatasan Austria. Kewajiban memakai masker bermunculan setiap minggu di seluruh Eropa.
"Kami semua ingin hidup seperti sebelumnya, tetapi ada masa di mana Anda harus membuat keputusan yang sulit," kata Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin, Selasa (27/10/2020) ketika pemerintah mengadakan pertemuan darurat mengenai pandemi.
Namun dalam babak baru pembatasan ini, pemerintah menemukan masyarakat yang kurang patuh, bahkan ketika benua itu telah mengalami lebih dari 250.000 kematian karena Covid-19.
Selama akhir pekan lalu, polisi menggunakan semprotan merica untuk melawan pengunjuk rasa yang marah atas pembatasan virus baru di Polandia.
Baca Juga: Sama-sama Dilanda Covid-19, AS dan Eropa Gunakan Kebijakan yang Kontras
Dokter Spanyol melakukan pemogokan nasional pertama dalam 25 tahun terakhir, untuk memprotes kondisi kerja yang buruk.
Protes lainnya juga direncanakan akan berlangsung di Belanda.
Di Inggris, kemarahan dan frustrasi atas penanganan pandemi yang tidak merata oleh pemerintah telah meletus menjadi krisis politik terkait masalah pangan bagi anak-anak.
Pemerintah Konservatif Inggris berada di bawah tekanan besar untuk terus memberikan makan siang gratis, kepada anak-anak dari keluarga berpenghasilan rendah.
Kabinet Perdana Menteri Italia Giuseppe Conte mempersiapkan keputusan baru dengan mengucurkan dana sebesar 5 miliar euro (Rp 86.7 triliun), sebagai solusi ekonomi bagi masyarakat yang terdampak Covid-19.
Protes keras meletus di kota-kota besar Italia dari Milan ke Turin, hingga Napoli. Warga ingin menunjukkan bahwa janji bantuan dari pemerintah hanya menawarkan sedikit bantuan dari permasalahan mereka.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Kembali Melonjak, Italia Akan Terapkan Pembatasan Sosial Baru
Masih banyak bisnis yang berusaha untuk bangkit pada musim panas lalu, dan kini harus menghadapi pengetatan aturan lagi.
Pada hari Selasa (28/10/2020), puluhan pemilik restoran melakukan protes di depan balai kota Milan.
Warga mengatakan bahwa solusi yang ditawarkan pemerintah sampai saat ini tidak memadai dan meminta para pemimpin untuk mengizinkan mereka kembali bekerja.
"Tidak ada yang memikirkan kami,'' kata Giacomo Errico, presiden FIVA Commercio Lombardy yang mewakili pengusaha. Mereka telah menganggur sejak Februari lalu.
"Kami ingin bertemu dengan pemerintah agar mereka dapat mendengar apa yang kami butuhkan, karena kami sekarat karena kelaparan," katanya seperti dilansir dari the Associated Press.
Aksi protes yang dilakukan kemarin awalnya berlangsung damai. Namun beranjak malam, aksi berkembang menjadi vandalisme, penjarahan, dan bentrokan dengan polisi.
"Ini adalah hari-hari yang sulit," kata Menteri Kesehatan Italia Roberto Speranza. “Di seluruh Eropa, gelombangnya sangat tinggi. Kita harus segera bertindak dan bertekad jika kita ingin menghindari angka yang semakin tinggi," ujarnya.
Penulis : Tussie-Ayu
Sumber : Kompas TV