Mengejutkan, Pemenggalan Guru Sejarah di Paris Ternyata Libatkan 2 Siswa SMP
Kompas dunia | 22 Oktober 2020, 18:56 WIBPARIS, KOMPAS.TV - Pemenggalan guru sejarah di Prancis ternyata ikut melibatkan dua orang siswa sekolah menengah pertama (SMP) dari tujuh orang yang ditahan.
Keduanya dituduh terlibat sebagai kaki tangan dari Abdullakh Anzorov, pelaku pemanggalan seorang guru sejarah bernama Samuel Paty.
Peristiwa tersebut terjadi di Conflans-Sainte-Honorine, Paris, Prancis, Jumat (16/10/2020) waktu setempat.
Baca Juga: Kim Jong-Un Beri Penghormatan ke Tentara China yang Tewas di Perang Korea, Termasuk Anak Mao Zedong
Pemenggalan Paty diyakini karena diskusi mengenai karikatur Nabi Muhammad sekitar 10 hari sebelum insiden tersebut.
Dia dikabarkan juga membawa gambar seorang laki-laki yang disebutnya sebagai Nabi Muhammad.
Gambar Nabi Muhammad merupakan sesuatu yang dilarang bagi umat Muslim.
Baca Juga: Menlu AS Mike Pompeo Akan Berkunjung ke Indonesia
Anzorov sendiri ditembak mati oleh polisi setelah melakukan pemenggalan tersebut. Setelah peristiwa tersebut tujuh orang ditahan oleh kepolisian Prancis.
Menurut Jaksa Anti Terorisme Prancis, Jean Francois Ricard, kedua siswa tersebut berusia 14 dan 15 tahun.
Seperti dikutip BBC, Ricard menerangkan keduanya didekati Anzorov beberapa jam sebelum pembunuhan.
Baca Juga: Kumbang Besi Menjadi Ide Desain Pesawat Dan Bangunan Yang Lebih Tangguh
Mereka diberikan uang sebesar 400 dolar AS (Rp5,8 juta) untuk menunjukkan yang mana Paty.
Ricard mengungkapkan Anzorov mengatakan kepada kedua siswa tersebut bahwa dia ingin memvideokan sang guru dan memaksanya meminta maaf.
Mereka juga mengatakan bahwa Anzorov ingin mempermalukan Paty dan memukulnya.
Baca Juga: Seekor Jaguar Yang Selamat Dari Kebakaran Brasil dikembalikan Ke Habitatnya
Sementara itu, tiga orang lainnya yang merupakan rekan Anzorov, menghadapi tuntutan terorisme.
Satu orang lainnya dituduh telah menemaninya membeli senjata pembunuh dan pistol, sedangkan yang lain menyupiri dia ke tempat kejadian.
Meski begitu, mereka mengatakan kepada penyelidik bahwa tak tahu rencana yang akan dilakukan Anzorov.
Baca Juga: 13 Warga Korea Selatan Meninggal Usai Divaksin Flu, Pemerintah Lancarkan Investigasi
Pemenanggalan Anzorov membuat pihak Prancis diliputi duka, dan menganggap hal itu sebagai pelanggaran terhadap kebebasan berekspresi.
Polisi Prancis sebelumnya menahan 16 orang yang disinyalir terlibat dalam aksi menyeramkan itu.
Namun sembilan orang, termasuk empat anggota keluarga Anzorov dan tiga siswa lainnya telah dibebaskan, Selasa (20/10/2020) waktu setempat.
Penulis : Haryo-Jati
Sumber : Kompas TV