Lima Fakta Menarik Tentang Pemilu di Selandia Baru yang Baru Berakhir
Kompas dunia | 19 Oktober 2020, 06:54 WIBSelain itu, Kota Auckland juga dikejutkan dengan kemenangan seorang gadis berusia 26 tahun bernama Chloe Swarbrick. Chloe memastikan diri menjadi anggota parlemen dari Green Party of Aoteroa New Zealand, setelah menjadi pemenang untuk wilayah pemilihan Auckland Central.
Nasib sebaliknya justru terjadi pada golongan tua. Partai New Zealand First yang dipimpin oleh politisi senior Winston Peters yang berusia 75 tahun, mendapatkan hasil menyedihkan dalam pemilu 2020. Partai ini hanya mendapatkan 2.7% suara. Dengan perolehan ini, berarti mereka tidak mendapatkan satu kursi pun di parlemen, dari sebelumnya menduduki 9 kursi sebagai anggota dewan dari pemilu 2017.
Tampaknya hasil pemilu 2020 mengisyaratkan dengan jelas, bahwa warga Selandia Baru menginginkan orang-orang muda untuk bergerak dan memimpin pemerintahan.
3. Kalah Pemilu, Jangan Baper!
Tampaknya tidak ada istilah baper atau bawa perasaan dalam politik di Selandia Baru. Hanya beberapa jam setelah voting ditutup, Partai Buruh langsung terlihat memimpin perolehan suara. Melihat hasil ini, pemimpin oposisi Judith Collins, langsung menggelar jumpa pers yang disiarkan langsung melalui saluran televisi nasional.
Dalam konferensi pers, Judith dengan besar hati memberikan ucapan selamat kepada Jacinda Ardern yang akan kembali menjadi Perdana Menteri Selandia Baru.
Namun dia juga menekankan, Partai Nasional akan terus mengawasi jalannya pemerintahan. “Saya berjanji, kami akan menjadi oposisi yang tangguh. Kami akan kembali (tiga tahun lagi),” ujarnya.
4. Referendum Ganja dan Euthanasia
Tidak hanya memilih partai yang akan memimpin pemerintahan, pemilu 2020 di Selandia Baru juga diselenggarakan bersamaan dengan referendum cannabis (ganja) dan Euthanasia (suntik mati). Rakyat diminta untuk memilih, apakah mereka bersedia untuk melegalkan ganja dan euthanasia.
Jika rakyat memilih untuk menyetujui referendum ganja, maka di Selandia Baru, ganja akan legal untuk dibeli sebanyak maksimal 14 gram dalam sehari dan warga diperbolehkan menanam maksimal dua pohon ganja.
Sedangkan referendum euthanasia, jika disetujui mayoritas pemilih akan memungkinkan warganya untuk mengakhiri hidup dengan bantuan tenaga medis. Syaratnya adalah jika orang tersebut menderita penyakit mematikan dan diprediksi akan meninggal dalam waktu enam bulan, atau sudah sangat menderita dengan rasa sakit yang tak tertahankan.
Hasil dari kedua referendum ini akan diumumkan pada 30 Oktober mendatang.
5. Pemilih Terbanyak Sepanjang Sejarah Selandia Baru
Pemilu 2020 di Selandia Baru, mencatat rekor sebagai pemilu dengan jumlah pemilih terbanyak dalam sejarah negara ini.
Tidak seperti di Indonesia yang waktu pemberian suara hanya berlangsung selama satu hari, di Selandia Baru pemungutan suara telah berlangsung sejak akhir September.
Bagi Warga Selandia Baru yang tinggal di luar negeri, bisa memberikan suara sejak tanggal 30 September 2020. Sedangkan bagi warga yang berada di dalam Selandia Baru, waktu pemberian suara sudah bisa dilakukan sejak 3 Oktober 2020. Kemudian voting ditutup secara nasional pada 17 Oktober 2020 pukul 19.00 waktu setempat.
Dalam pemilu kali ini, jumlah pemilih bahkan telah mencetak rekor sebelum tanggal 17 Oktober. Pada Jumat (16/10/2020), jumlah pemilih telah mencapai lebih dari 1.97 juta orang. Jumlah ini sudah melampaui pemilu 2017, dengan hanya 1.24 juta orang yang memberikan suara, atau pemilu 2014, dengan hanya 717 ribu orang yang memberikan suara.
Penulis : Tussie-Ayu
Sumber : Kompas TV