> >

Selain Perang, Pandemi Membuat Anak-Anak Libya Semakin Jauh Dari Pendidikan

Kompas dunia | 13 Oktober 2020, 19:41 WIB
Seorang siswa sekolah di Libya menerima protokol kesehatan selama pandemi sebelum masuk ruang kelas. Keadaan perang juga memaksa para siswa melewatkan pelajaran untuk waktu yang tidak dapat diketahui (Sumber: Reuters)

Misrata, Kompas TV - Kehidupan masa muda yang tersita oleh perang, membuat anak-anak Libya menghadapi kendala yang lebih besar untuk pendidikan mereka selama pandemi global, daripada kaum muda yang tinggal di tempat lain.

Dengan jumlah kasus wabah yang melonjak tanpa hambatan di seluruh negara Afrika Utara, sekolah-sekolah telah mencoba berbagai upaya dari membuka di luar hingga mencari sumbangan untuk disinfektan ekstra dan masker wajah untuk memungkinkan pengajaran di dalam ruangan.

Namun, bahkan mereka yang tidak mengajar selama enam bulan, atau memiliki prospek besar selama sisa tahun ini, harus lulus ujian untuk naik ke kelas berikutnya, kata pihak berwenang.

“Siswa tidak belajar apapun. Kami tidak mengajarkan apapun untuk dipelajari siswa. Ini bukan solusi, ”kata guru Amal Qleiwan, yang juga ibu dari anak berusia 10 tahun, dikutip dari Reuters.

Keputusan kementerian pendidikan bersifat acak dan tidak dipelajari dengan baik.

Profesor universitas, Ahmed Falaq, menyekolahkan dua anaknya, yang berusia 10 dan 8 tahun, dan dua keponakannya, yang berusia 12 dan 10 tahun.

“Apa yang akan dilakukan mahasiswa jika ada gelombang baru virus corona?

Mereka akan melewatkan dua tahun pendidikan mereka. Ini adalah masalah besar bagi orang tua dan siswa. Kita akan punya generasi siswa yang pendidikannya lemah, ”jelasnya.

Libya sekarang memiliki lebih dari 41.000 kasus virus korona, meskipun dengan kekacauan terkait perang di sebagian besar negara.

Pejabat negara mengakui mungkin ada lebih banyak lagi yang tidak terdeteksi.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan itu "di luar kendali".

Sementara itu, menurut perkiraan PBB, pertempuran di Libya telah membuat lebih dari 150.000 orang mengungsi, 90.000 di antaranya adalah anak-anak dan menutup 200 sekolah, membuat lebih dari 200.000 anak-anak tidak bersekolah.

Ketika pandemi mulai mengamuk di Libya sejak Agustus, petugas medis yang bekerja di beberapa rumah sakit yang berfungsi di negara yang dilanda perang itu menghadapi skenario mimpi buruk mereka - lonjakan kasus dan sumber daya yang berkurang.

Penulis : Agung-Pribadi

Sumber : Kompas TV


TERBARU